Kisah Seru Di Balik Persiapan Menjadi Narsum Webinar-1 Internet Pendidikan Hari Ini

Oleh: Luluk Maslukhah, S.Si., M.Pd.

Guru SMK Negeri 3 Bondowoso

Menjadi Narasumber Webinar-1 Internet Pendidikan benar-benar di luar prediksi saya. Semua berawal dari keikutsertaan dalam lomba menulis tentang Internet Pendidikan yang diselenggarakan Media Guru Indonesia bekerja sama dengan indosat. Alhamdulillah ada nama saya diantara 52 pemenang yang artikelnya dibukukan dalam sebuah buku antologi berjudul Internet Pendidikan.

Diantara 52 pemenang ini, Media Guru Indonesia memilih sejumlah guru untuk “manggung” di acara Webinar-1 Internet Pendidikan. saya bersama dua sahabat saya (Ibu enik Rusmiati dari Biltar dan Bapak Ali Rahajo dari Sumenep) mendapat kesempatan pertama. Bahagia campur kaget. Apalagi peserta webinar ini ratusan guru dari seluruh Indonesia. lebih tepatnya 187 guru.

Hanya ada waktu 5 hari untuk persiapan. Gladi bersih pertama dilakukan dua hari lalu (21/04) bersama P Ihsan dan sejumlah trainer andal Media Guru Indonesia. Ada banyak masukan dari beliau-beliau yang super hebat. Saya bersama dua sahabat saya berusaha memenuhi saran itu. Kami semua akhirnya menggunakan laptop untuk presentasi. Presentasi di Zoom menggunakan HP banyak menimbulkan masalah. Mulai dari notifikasi whatsapp atau facebook kita yang tiba-tiba “nylonong” atau bahkan tampilan-tampilan yang tidak perlu muncul saat kita hendak share screen power point untuk presentasi. Tentu saja ini membuat presentasi kita menjadi sangat tidak menarik.

Selepas gladi bersih pertama tersebut, kami bertiga diminta untuk latihan kembali secara mandiri. Membuat undangan zoom sendiri, share screen sendiri. Termasuk juga menampilkan background virtual bertuliskan Internet Pendidikan, Media Guru Indonesia dan nama masing-masing narasumber. Bapak Ihsan, CEO Media Guru Indonesia benar-benar hebat. Beliau benar-benar seorang penggerak. Tidak memanjakan kami, tetapi menggerakkan kami untuk terus belajar. Belajar membuat undangan zoom sendiri, share screen sendiri dan menampilkan background virtual secara mandiri. Tentu saja ini tantangan tersendiri bagi kami. Kami juga berlatih presentasi efektif secara mandiri selama dua hari berturut-turut (hari Rabu dan kamis menjelang tampil).

Yang paling menarik adalah saat menampilkan background virtual. Ketika pencahayaan tidak tepat (terlalu gelap) gambar kita yang muncul di layar juga gelap. Namun jika pencahayaan terlalu terang, gambar kita justru nampak seperti negatif film. “Wah, wajah Pak Ali seperti hantu, raga nampak tidak utuh,” Ucap saya kepada Pak Ali yang membuat kami erpingkal-pingkal. Butuh perjuangan bagi Pak Ali untuk bisa menampilkan wajahnya dengan sempurna menggunakan background virtual. Alhamdulillah akhirnya sukses.

Saya pun mengalami hal yang sama. Background virtual saya tidak utuh. Ada dua kotak hitam yang nampak di layar (sejatinya itu ventilasi udara yang ada di tembok). Background virtual tidak dapat bekerja dengan maksimal saat tembok di belakang kita ada yang berlubang. Saya mencoba pindah ke tempat yang temboknya tidak ada ventilasinya. Eh ternyata muncul gambar seperti awan di atas gambar saya dengan background virtul tidak utuh. Saya pun mencoba mengambil posisi duduk di lantai tetapi tidak berhasil. Meninggikan posisi laptop juga sama saja. Akhirnya saya kembali ke lokasi pertama. Lalu menutup lubang ventilasi tembok dengan kertas putih. Alhamdulillah background vitual dapat dilihat dengan jelas dan bagus. Bu enik juga begitu. Di awal juga menghadapi permasalahan yang sama.

Alhamdulillah, satu jam sebelum tampil kami bertiga sudah dapat menampilkan background virtual dengan baik tanpa gangguan apapun. Bisa share screen dan presentasi dengan tepat dan efektif tanpa gangguan yang tidak perlu. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Segala usaha maksimal disertai do’a InsyaAllah menghasilkan yang terbaik. Aamiin.