Lusiana_5tangsel

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Kecil untuk Mas Nadiem

Catatan Kecil untuk Mas Nadiem

Catatan Kecil Untuk Mas Nadiem

Pengetahuan terukir dalam sikap

Sikap tercermin dalam prilaku

Prilaku mengakar jadi budaya

Sebagai seorang guru, tentu saja yang paling menimbulkan rasa penasaran saya ketika bapak Presiden mengumumkan jajaran kabinet Indonesia Maju yang akan membantu beliau dalam periode kepemimpinan 2019 – 2024 adalah siapakah yang akan memegang jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru ?

Dalam suasana yang santai di depan istana negara saat itu, disebutlah nama Nadiem Makarim, seorang yang selama ini lebih dikenal sebagai seorang pengusaha untuk memimpin Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Seperti kebanyakan orang, tak urung kening saya berkerut, mencoba menelaah apa yang melatar belakangi Bapak Presiden memberikan tanggung jawab tersebut kepada seorang Nadiem Makarim. Sayapun memulai aktivitas literasi digital melalui gawai untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang Pak menteri yang satu ini. Pengalaman mengenyam pendidikan di luar negeri hingga meraih gelar master, serta deretan pengalaman yang berkaitan dengan dunia digital mungkin yang menjadi salah satu alasan kuat terpilihnya beliau sebagai Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang baru..

Reformasi dalam dunia pendidikan memasuki era revolusi industri 4.0 mutlak diperlukan . Kecakapan hidup abad ke - 21 yaitu kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, berkolaborasi dan kreativitas hanya dapat diperoleh melalui kegiatan pembiasaan yang terus menerus dan menyatu dalam nadi dunia pendidikan kita. Dan salah satu prasyarat agar keterampilan tersebut dapat diterapkan adalah dengan membangun budaya literasi sebagaimana yang di canangkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang mencakup enam literasi dasar sebagai mana yang dicanangkan oleh World Economis Forum pada tahun 2015 yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Sosok Mas (Menteri) Nadiem yang memberi gambaran generasi milenial, muda, kreativ dan penuh inovasi diharapkan mampu menjembatani kesenjangan dalam dunia pendidikan. Tentu saja saya sebagai seorang guru menantikan terobosan – terobosan yang akan beliau lakukan sehingga sedikit banyak kita dapat mensejajarkan diri dengan negara negara lain, terutama terobosan dalam membudayakan literasi di negara kita.

Dengan kecemerlangan idenya menciptakan aplikasi berbasis online dalam dunia transportasi, saya berharap beliau juga dapat membuat sistem aplikasi yang sederhana sehingga dapat diakses oleh semua kalangan untuk berliterasi. Saat ini telah ada beberapa aplikasi litrerasi digital contohnya aplikasi perpustakaan digital ipusnas yang dirilis oleh Perpustakaan Nasional dengan koleksi buku yang cukup lengkap serta beberapa aplikasi lain yang dapat di unduh pada gawai yang kita miliki.

Terkait dengan literasi di Indonesia, untuk Mas Nadiem saya memiliki beberapa usulan yaitu :

1. Canangkan gerakan buku wajib yang harus dibaca siswa dan guru pertahun

Saat ini daya siswa untuk membaca sangat rendah. Gambaran tersebut terbaca jelas dalam studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University dalam Most Littered Nation In the World tahun 2016 dimana Indonesia berada diurutan ke 60 dari 61 negara. Berdasarkan variabel yang diukur yaitu uji pencapaian dan karakteristik prilaku literasi, keduamya tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan yang ada. Seiring pergantian Menteri dan perubahan kurikulum, gerakan literasi nasional untuk menumbuhkan budaya literasi memang sudah dilakukan. Saya berharap Mas Nadiem berdasarkan pengalamannya menempuh pendidikan di luar negeri dapat minimal menerapkan kegiatan pembiasaan atau tagihan dalam menyelesaikan suatu bacaan, misalkan dalam satu tahun buku wajib apa saja yang harus di baca oleh siswa di tiap tingkatan kelas. Dengan demikian sekolah dengan sumber daya yang ada akan berusaha memenuhi ruang perpustakaan dengan buku buku yang berkualitas. Tagihan membaca ini sebaiknya juga diterapkan bagi para guru sebagai ujung tombak perubahan tersebut, sehinngga guru guru Indonesia dapat menjadi role model bagi terciptanya budaya literasi di negara kita.

2. Keluarga Cinta Buku

Pembiasaan dalam keluarga sebenarnya menjadi pondasi dasar dari semua kecakapan hidup yang dimiliki seorang manusia. Di negara maju seperti Amerika dan Inggris, orangtua biasa membacakan cerita sebelum tidur kepada anak – anaknya. Hal seperti ini hanya dilakukan sebagian kecil orangtua di negara kita. Berdasarkan pengalaman Mas Nadiem dapat membuat kebijakan misalkan dari bantuan tunai yang diterima oleh siswa, sebagian kecilnya diwajibkan untuk membeli buku bacaan. Selain itu dengan gratisnya biaya pendidikan di sekolah negeri, para orangtua di himbau untuk mengalokasikan dana pendidikan untuk membeli buku penunjang. Walaupun harga sebuah buku jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli paket data internet, tetapi kesadaran untuk membeli buku masih rendah.

3. Promosi Buku

Beri ruang bagi penerbit/ penulis untuk melakukan promosi buku buku yang berkualitas di media massa atau tempat tempat umum, misalkan dengan poster poster di transportasi umum

4. Perbanyak toko buku yang memberikan fasilitas membaca gratis bagi pengunjung

Hal ini terbukti di negara Jepang banyak toko buku yang membiarkan sebagian koleksi buku mereka dalam keadaan terbuka sampul plastiknya sehingga pengunjung dapat membaca secara gratis dan mereka akan sering datang hingga akhirnya membeli buku.

5. Sediakan ruang publik yang nyaman untuk membaca

Saat ini banyak perpustakaan yang dibangun di instansi pemerintahan seperti kelurahan atau kecamatan sebagai bagian dari Gerakan Literasi Masyarakat, tetapi pemanfaatannya masih kurang maksimal karena terbatasnya koleksi buku dan kurangnya promosi sehingga banyak yang belum mengetahui keberadaan perpustakaan tersebut.

6. Luncurkan aplikasi literasi digital khusus untuk pengajar dan siswa

Aplikasi literasi digital yang ada saat ini masih bersifat umum.Buatlah sebuah aplikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang terutama dalam dunia pendidikan dimana dalam aplikasi tersebut tercantum daftar bacaan wajib, laporan pencapaian yang dapat dipantau progressnya berdasarkan suatu grafik atau capaian ketuntasan.

Profil Penulis

Lusiana, M.Pd adalah seorang guru IPA di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan yang sedang belajar untuk menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Bergabung dalam beberapa karya antologi dan mencoba menulis di blog gurusiana adalah salah satu cara yang dilakukannya untuk mengukir jejak keabadian.

Untuk berkorespondensi silakan email lusianamulyadi [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post