Jangan Takut Berhijab (Tantangan hari ke3)
Memang segala sesuatu yang terjadi tidak pernah kita sangka sebelumnya. Sama halnya ketika pertama kali kuputuskan untuk menutup auratku dengan berhijab. Tidaklah mudah bagiku untuk mengambil keputusan itu. Sebagai manusia aku masih punya banyak pertimbangan. Ketidaksiapan diri dan hati membuatku lama dalam menyadari perintah menutup aurat dengan berhijab.
Dulu aku berpikir memakai hijab nanti saja ketika hatiku sudah siap, atau benahi diri dulu baru berhijab. Malu jika berhijab tetapi perilaku ku tidak mencerminkan seorang wanita yang berhijab.
Bulan Februari di tahun 2011, waktu itu usiaku 26 tahun. Waktu pertama kali aku merasa mantap untuk menutup auratku. Walaupun sebelumnya begitu banyak pertimbangan yang aku fikirkan. Ibuku tidak pernah memaksakan aku memakai hijab. Tetapi beliau sering mengingatkan mengenai kewajiban menutup aurat bagi perempuan yang ada di surat An-nisa. Waktu itu salah satu ketakutanku adalah apakah akan ada laki-laki yang menyukaiku jika aku berhijab. Karena sebelumnya memang cerita percintaanku selalu tidak berjalan mulus. Alhamdulillah, Allah SWT memberikanku hidayah. Keinginanku untuk berhijab mengalahkan semua ketakutanku. Dan, kuputuskan lah untuk menutup auratku dengan berhijab. Ibuku adalah orang pertama yang mengajariku bagaimaba cara memakai hijab. Teman-teman di sekolah tempatku mengajar juga sangat mendukung dengan perubahan positif yang aku lakukan.
Tidak hanya itu, Allah SWT memang super baik. Allah tunjukan kuasanya dengan memberikan aku hadiah yang tak pernah ku duga-duga. Hadiah terindah dengan cerita yang juga tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Empat bulan setelah keputusanku menutup aurat dengan berhijab, salah satu guru di sekolahku ingin memperkenalkanku dengan keponakannya. Waktu itu kami dipertemukan langsung oleh guruku itu dan juga ibunya. Dari awal pertemuan itu, Allah mudahkan segala proses indahnya. Di usia kami yang cukup dewasa, kami jalani hubungan itu ke arah yang lebih serius.
Di bulan Februari di tahun 2012, keponakan guruku itu, pria yang sekarang menjadi suamiku, melamarku. Ia datang bersama keluarga besarnya dengan itikad baik untuk meminangku. Alhamdulillah keluargaku pun menyambut baik itikad itu. Dan di bulan Mei di tahun yang sama, Allah persatukan kami dalam ikatan suami-istri. Kurang lebih empat bulan setelah kami menikah, Allah SWT memberikan kami rezeki lainnya berupa kehamilanku. Dan saat ini, putri kecil kami sedang tumbuh besar.
Ada pelajaran yang aku pelajari di sini bahwa tidak perlu takut selama kita mematuhi perintah Allah. Dan Allah akan memberikan berkah berupa hadiah yang indah yang tidak pernah kita sangka. Seperti cerita hijabku. Kututup auratku dan Allah berikan kepadaku suami yang baik yang menjadi imam di keluargaku.
So, jangan takut berhijab dan lihat keberkahan apa yang akan Allah berikan. Ini cerita hijabku. Bagaimana cerita hijabmu?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar