Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-17)

#TantanganGurusiana

Hari ke-104

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-17)

Hani baru saja tiba di rumahnya saat dilihatnya Vina datang.

" Hey, Vin.. .ada apa?, kenapa tadi kamu tidak masuk kuliah? ", Hani langsung memberondongnya dengan pertanyaan.

" Yuk kita masuk", ajaknya kemudian. Dibimbingnya Vina masuk.

Vina menarik lengan Hani dan mengajaknya duduk bersama.

Tiba- tiba Vina memeluk Hani dan menangis tersedu- sedu di pundak Hani yang membuat Hani menjadi terkejur.

" Vin.. Ada apa ?, kenapa menangis?, ayo cerita kepadaku", ujar Hani sambil membelai rambut sahabatnya itu.

Vina mengangkat kepalanya. Setelah beberapa saat dia berhenti menangis dan mencoba untuk menguasai perasaannya.

" Han, semalam Tio datang ke rumah. Papa mengintrogasinya, kemudian bilang aku sudah dijodohkan. Pasti Tio kecewa. Aku ingin bertemu dan melihat keadaannya, tapi aku malu. Aku juga takut Tio tidak menerimaku lagi", sesekali Vina tampak mengusap air matanya.

Hani merasa prihatin mendengar cerita Vina. Pasti mereka sangat terpukul. Hani sedih mengingat Tio. Baru saja sahabatnya itu mengecap kebahagiaan, kini harus menelan kekecewaan kembali. Kasihan Tio.

" Lalu apa yang bisa aku bantu? ", tanya Hani perlahan.

" Tolong titip Tio. Jagalah dia.. ", Vina kembali terisak. Berat rasanya berpisah dengan Tio, sementara di hatinya mulai tumbuh benih cinta mereka harus menerima kenyataan, harus berpisah.

Hani mengangguk. Muutnya bagai terkunci dia tidak bisa berkata apa- apa.

Kemudian Vina berpamitanHani mengantarnya hingga depan rumah.

" Mungkin akau bisa melupakan Tio, kuharap begitu.. ", bisik Vina sebelum meninggalkan rumah sahabatnya itu.

Tinggallah Hani yang masih mematung di depan pintu rumahnya. Dia teringat betapa bahagianya Tio saat berbicara kepadanya bahwa Vina mau menjadi kekasihnya. Matanya tampak berbinar- binar.

Saat itu Hani hanya tersenyum dan berkata ikut bahagia. Kini Hani tidak tahu apa harus dikatakannya. Mungkin lebih baik dia bersikap seperti biasanya, seolah tidak tahu apa- apa.

Hani memghela nafas kemudian masuk dan menutup pintu rumahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

15 Apr
Balas

Terima kasih Pak. Salam Literasi

15 Apr



search

New Post