Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADA CINTA DI MATANYA( Bagian ke-20)

#TantanganGurusiana

Hari ke-107

ADA CINTA DI MATANYA( Bagian ke-20)

Seminggu sudah Tio dirawat di Rumah Sakit pasca operasi usus buntunya. Setiap hari, Hani selalu datang menjenguknya, bahkan menggantikan nenek, menungguinya.

Hani kasihan melihat nenek Tio harus menunggui cucunya siang malam bergantian dengan Ibu Tio. Akhirnya Hani memutuskan untuk menggantikan nenek menunggui Tio, bergantian dengan Ibu Tio.

Setelah sepuluh hari dirawat, Tio diperbolehkan dirawat di rumah. Maka pulanglah Tio ke rumah Nenek. Sementara ayah dan ibunya kembali pulang.

Saat di rumah pun, Hani masih menyempatkan diri untuk menemui Tio, dan mengingatkannya untuk minum obat.

Setelah beberapa hari, jahitan di perutnya sudah kering, Tio pun berangkat ke kampus.

Hari sudah siang saat Tio menjemput Hani. Saat melihat Tio, Vina yang kebetulan sedang bersama Hani, tersenyum menyambutnya.

" Tio, katanya kamu baru pulang dari Rumah Sakit, maaf ya aku nggak sempat menjengukmu", ujar Vina

" Hmm.. Nggak apa- apa. Aku sudah sehat", jawab Tio sedikit gugup.

" Oya.. Aku duluan ya.. Sudah ada yang jemput.. Han, Mia.. Aku duluan ya", Vina tersenyum kemudian meninggalkan teman- temannya. Seorang lelaki dengan penampilan necis tampak menyambutnya dengan senyum mengembang. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan.

Tio memandang kedua insan yang sedang kasmaran dengan hati yang tidak menentu. Sementara Hani menatap Tio dengan perasaan iba, dilihatnya tatapan mata sedih sahabatnya itu.

Tio pasti terpukul melihat Vina berduaan di depan matanya, sementara luka hatinya belum sembuh. Bahkan Hani pun merasa heran dengan sikap Vina. Waktu Tio ditegur ayahnya, Vina menangis menghiba di hadapan Hani, dua hari kemudian, dia tampak tersenyum bahagia dengan seorang lelaki pilihan ayahnya, yang membuat Hani terheran- heran.

Tetapi Hani tidak pernah menceritakannya kepada Tio, tidak ada untungnya bagi dia.

Hani menyimpan rapat- rapat hal ini dari Tio. Dan untuk pertama kalinya Hani merasa bersalah melihat Tio terkejut. Wajahnya tampak pucat.

Hani segera memegang lengan Tio dan mengajaknya pergi. Tiba di tempat parkir, Hani membawa Tio ke warung kecil di samping parkiran.

" Bu, ada teh manis ? "

" Ada neng. Pake es? ",

" Yang panas, bu", Hani mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyerahkannya kepada Tio. Tio menyeka keringat di sekitar kening dan lehernya.

" Mas, sakit? ", Ibu warung menyimpan gelas berisi teh panas di depan Tio.

" Nggak bu, cuma sedikit pusing", Tio menggeleng tersenyum kemudian mengambil gelas itu dan meminumnya.

" Mas bawa motor? ",

Tio mengangguk.

" " Beristirahatlah dulu di sini. Atau Mbaknya bisa bawa motor? ", tanya ibu itu sambil emnoleh ke arah Hani.

" Nggak bisa bu", Hani tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

" Sama. Ibu juga nggak bisa", Ibu itu tertawa kecil.

Hani juga ikut tersenyum, untuk pertama kalinya dia menyesal tidak belajar untuk mengendarai motor.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post