Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-3)

#TantanganGurusiana

Hari ke-90

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-3)

Ujian akhir sekolah tinggal beberapa minggu lagi, semua siswa sibuk belajar. Ada yang mengikuti les di tempat bimbingan belajar yang terkenal, ada yang membayar guru lea, ataupun belajar bersama dengan teman.

Tio lebih merasa nyaman belajar bersama Hani. Walaupun dalam pelajaran matematika, Hani sering bertanya kepadanya, tetapi untuk pelajaran yang mengandalkan hafalan, Hani adalah jagonya. Dia dengan mudah menarik kesimpulan dari sebuah tulisan.

Sebenarnya Hani adalah gadis yang cerdas, namun dia tidak menyukai pelajaran eksak, dia lebih suka pelajaran sejarah. Karena meneurutnya memahami sejarah sangat mudah. Selain itu Hani sangat menyukai pelajaran bahasa. Baginya mengarang adalah pekerjaan yang sangat mudah.

Tio merasa mereka saling melengkapi dalam mengerjakan tugas- tugas atau mempelajari sesuatu. Hal yang tidak dia kuasai dapat dikerjakan bersama Hani, demikian juga hal- hal yang Hani tak bisa, Tio membantunya.

Setelah ujian selesai, Tio dan Hani mendapatkan hasil yang baik. Mereka kemudian memilih fakultas yang berbeda di Universitas yang sama. Hani memilih Fakultas Bahasa, sedangkan Tio Fakultas tekhnik.

Karena sekarang kelas mereka berbeda maka sejak kuliah mereka jarang sekali bertemu. Selain sibuk di awal kuliah mereka juga memiliki jadwal yang berbeda. Sehingga kesempatan bertemu hanya ada saat hari minggu atau hari libur saja.

Pada suatu hari minggu, mereka berjanji akan menonton bioskop bersama. Film diputar pada pukul 14.00 sampai sore hari.

Dua puluh menit sebelum film dimulai, mereka berangkat dari rumah dan menempuh perjalanan selama lima belas menit. Ada waktu lima menit tersisa untuk membeli karcis dan minuman.

Tiba di dalam bioskop, film pun dimulai. Film yang bertemakan keluarga, mampu menguras air mata Hani, hingga saat lampu dinyalakan, tampak matanya sembab.

" Itu semua bohong, kenapa kamu menangis segala?, lebay ah", ujar Tio mentertawakan wajah sembab sahabatnya itu.

" Iya aku tahu. Tapi tadi aktingnya bagus sekali, sampai ikut nangis melihatnya nangis. Aku bukan lebay ya. Tuh lihat mereka juga menangis", Hani mendongakkan dagunya ke arah penonton lain yang juga ikut menangis.

Tio tersenyum. Wajah tampannya membuat Hani sedikit bergetar.

Ah.. Tio itu temanku. Aku nggak boleh punya oerasaan kepadanya, bisiknya dalam hati.

Tio menatapnya sambil tersenyum, Hani pun ikut tersenyum.

" Ada apa? ", tanya Tio.

" Enggak ada apa- apa. Yuk kita pulang", jawab Hani sambil tersenyum lebar.

Mereka berdua pun meninggalkan bioskop untuk pulang, namun sebelumnya, Tio mengajak Hani makan nasi goreng dulu.

Hani mengikuti ajakan Tio.

Sambil makan nasi goreng, Tio menatap sahabatnya itu. Hani kini terlihat sangat cantik dan anggun, tidak seperti waktu SMA dulu. Dia semakin manis dan tampak lebih dewasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post