Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

CINTA KITA ( Bagian ke- 13)

#TantanganGurusiana

Hari ke-81

CINTA KITA ( Bagian ke- 13)

Sejak kejadian itu, Fahri menjadi lebih banyak diam. Hampir setiap hari dihabiskannya untuk menjaga warung dan belajar. Fahri berniat untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi. Jadi setelah lulus ujian sekolah, Fahri harus menunggu satu tahun untuk kuliah.

Fahri sangat mengerti, dia membantu ibunya mengumpulkan biaya kuliahnya. Barulah kini keadaannya lebih baik, dan Fahri dapat meneruskan pendidikannya.

Fahri memilih jurusan ekonomi agar dapat menerapkannya di dalam kesehariannya.

Hari ini, adalah hari pertama masuk kuliah. Fahri tampak semakin tampan dengan balutan kemeja dan celana panjang warna biru tua, kontras dengan kulit putihnya.

Saat masuk kelasnya, bangunan paling ujung di kampusnya, berpuluh pasang mata memandangnya kagum. Banyak diantaranya, wanita.

Fahri sedikit kikuk. Dipilihnya kursi paling depan di dekat dinding. Tatapan mata teman- temannya membuatnya sedikit malu.

" Hai, aku Doni, kamu? ", ujar pemuda di sampingnya sambil mengulurkan tangan.

" Saya Fahri", Fahri menerima jabatan Doni.

Doni terkekeh. Merasa janggal dengan jawaban sopan Fahri.

Fahri termenunh, merasa tidak melakukan hal lucu, tapi Doni tertawa.

Sejak saat itu, Fahri bersahabat dengan Doni. Kemana pun mereka pergi selalu bersama- sama. Mereka sangat dekat namun tampak sedikit kontras. Fahri yang pendiam dengan Doni yang pecicilan.

Doni yang lucu dan senang bercanda, membuat Fahri dapat sedikit melupakan Tiara. Fahri merasa nyaman berteman dengan Doni begitu pula sebaliknya, walaupun terkadang teman- teman yang lain merasa heran melihat kedekatan mereka. Bagaikan langit dan bumi.

Suatu hari, Doni mengajak Fahri untuk mbantunya mengerjakan PR. Fahri setuju, mereka memutuskan untuk belajar di rumah Fahri.

Fahri mengajak Doni mampir di warung untuk memberi salam kepada ibu. Fahri mencium tangan ibu,demikin juga dengan Doni.

" Ayo kalian ke rumah, makan dulu. Ibu sudah buatkan masakan kesukaanmu"

Fahri mengajak Doni ke rumahnya. Sebuah rumah sederhana namun tampak bersih dan tertata rapi. Fahri dan Doni duduk di meja makan dan Fani melayani mereka,membawakan nasi dan lauknya.

" Makanannya sangat enak", ujar Doni

" Ayo tambah",

Doni menyendok nasi. Tampak sangat menikmatinya.

" Masakan mamamu paati lebih enak. Kalau di sini hanya masakan kampung", jawab Fahri tersenyum.

Tiba- tiba Doni diam. Raut wajahnya tampak sedih.

" Aku sudah nggak punya ibu. Dia meninggal saat aku dilahirkan, jadi tak ada kenangan tentangnya", ujar Doni dengan suara tersendat, menahan tangis.

" Maafkan aku.. ",

Doni tersenyum sambil mengangukkan kepalanya. Kali ini Fahri merasa iba melihat temannya itu. Tampak di raut wajahnya kerinduan yang sangat besar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post