Innalilahi wa innailahi rojiun. Kata terucap tatkala mendengar berita dari kampung. Di siang bolong yang panas, keluar keringat dingin disekujur tubuh. Abah sakit, sudah dua hari masuk rumah sakit di kota Tegal. Ibu meminta saya untuk pulang segera. Ditengah kepanikan akhirnya saya meminta izin pulang kampung menjenguk abah yang sakit.

Dalam perjalanan pulang, hati dan fikiran terasa gelisah tak karuan. Terbayang wajah abah yang begitu banyak pengorbanan kepada keluarga. Akhirnya setelah menempuh 6 jam perjalanan sampailah saya di rumah sakit tempat abah di rawat. Orang yang pertama kali ditemui yaitu adikku. Dia langsung menunjukan ruangan tempat abah di rawat.

Terlihat wajah tua terkulai dipembaringan. Alat – alat kesehatan menempel di badanya. Infus, selang pernafasan menghujam ditubuh yang sudah senja itu. Tak terasa air mata mengalir membasahi pipi melihat kenyataan yang ada di depan mata.

Keesokan harinya,saya bertanya ke Ibu, sakit apa Abah? Beliau menjawab dengan suara parau dan berkaca – kaca. Abah awalnya sakit paru – paru dan sebenarnya sudah sembuh. Namun pada saat mau sholat subuh untuk mengisi pengajian di desa sebelah, abah terjatuh dari sepedanya. Pada saat jatuh dadanya membentur tunggak kayu yang sudah kering. Abah memegang dadanya yang sakit lalu pulang ke rumah, beliau tidak jadi berangkat mengisi pengajian di desa sebelah.

Siang harinya dadanya tambah sakit sehingga harus dibawa ke rumah sakit di kota Tegal. Hasil pemeriksaan awal ternyata ada bagian dalam tubuhnya yang pecah sehingga banyak cairan di paru – parunya. Langkah awal yang dilakukan tim medis mengeluarkan cairan yang ada di paru – parunya.

Abah sudah tujuh hari di rumah sakit, namun perkembangan medisnya masih stagnan. Analisis dokter ternyata tidak hanya paru – parunya yang bermasalah tetapi sudah tahap kritis dan harapan hidup menipis. Hari Ahad pukul 02.00 pagi, Abah wafat menghadap sang pencipta. Selamat jalan semoga abah tersayang ditempatkan yang terbaik disisinya, amin.