Lyra Praningtyas

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerpen 'Tersesak Karna Akara'

Cerpen 'Tersesak Karna Akara'

Tersesak Karna Akara

Gejolak senja memancarkan ingatanku, setelah lima puluh tahun ku berusaha menghapus, kenapa kini kembali dan menancap dihati. Apalah upaya yang harus ku lakukan, tuk melupakan yang lama terpendam.

Akara itu kembali menghantui pikiranku, setelah sekian lama ku bangkit dari buramnya kejadian masa lalu. Kenangan yang kujaga, terkubur rapi dalam benak sontak keluar membubung jiwa. Sisa cahaya senja yang memasuki kamar, seakan cukup panas tuk membakar relung hatiku. Sebab selembar foto dikolong meja menghantarkan ku pada kesedihan tempo dulu.

Aku benci senja ini, aku menyumpal momen ini. Kenapa tidak? Senja yang tadinya ku lihat bersama dekapan keluarga kini harus kunikmati seorang diri. Saat-saat yang ku suka ditengah kehadiran orang tersayang kini mengutuk ku dalam kesepian. Waktu itu usiaku lima tahun, masa yang masih teramat belia untuk menghadapi kehancuran hidup. Tepat di depan mataku orang-orang yang ku sayang pergi meninggalkanku. pergi selama-lamanya dengan menyisahkan derai air mata.

Arghhhhh,Teriakku sebelum rasa sakit menutup suara dan mataku. Kala itu aku tengah bersuka ria bersama ayah ibuku juga dua kakak lelakiku. Kami hendak berlibur ke villa yang ada dipegunungan Semboro. Setelah dua tahun lamanya tak berlibur, akhirnya kesempatan itu datang lagi. Hampir separuh perjalanan ku lalui, kebersamaan yang hangat menjadikan ku lupa rasa penat, kebahagiaan ini terlalu banyak untuk diriku yang mudah tertawa karna hal sepele. Namun tak mengapa , aku menikmatinya, hingga......

Drakkkkkk, dari arah berlawanan sebuah truk besar manghantam mobil kami, jalur jalan yang sempit tak memberi ruang tuk kami mengindar, sampai akhirnya terjadilah kecelakaan tragis, ya sebuah kejadian mengundang tangis yang ku sesali hingga kini.

Dengan luka luka memar diwajah, sejumlah tulang yang retak aku terbangun sendirian. Diruangan ber-Ac disertai alat infus aku pertama kali membuka mata selepas kejadian mengerikan itu menghantam. Aku yang masih terlalu kecil, menangis sejadi-jadinya, entah karena rasa sakit yang tak tertahan atau kebingungan yang melanda. Namun tak seperti biasa, kala ibuku hadir ketika mendengar Isak tangisku, waktu itu justru asisten rumah tanggaku yang datang. Maka dengan polosnya aku bertanya, "bibi, ibu mana? Kok gak kesini, aku mau ibu". Rengekan ku yang menerus keluar membungkam mulut yang akrab ku panggil bibi itu, tanpa sepatah kata bibi hanya terdiam dan memeluk, berusaha tuk menenangkan ku. Aku berfikir mungkin ini hanya sebentar, nanti aku akan berhenti menangis dan bertemu ibu lagi, juga ayah dan kakakku, tapi sayang, tidak. Ya, setelah kejadian itu aku tak akan pernah bertemu kedua orang tua dan kakak-kakakku lagi. Sebuah rasa sakit yang sesungguhnya.

Sesak karena rindu kini terus bersemedi dalam diriku, meski sekuat tenaga aku melupakan tetap saja memorinya pekat tersimpan. Sepucuk rindu yang kembali terulang, bersama sakit nya yang tak kunjung hilang. Kerinduan mendalam dari kejadian Kelam.

Nama : Lyra Praningtyas Tuti S.Pd., M.Si.

Instansi : SMPN 3 Ledokombo, Kabupaten Jember.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post