MA PP Nurul Falah Borongganjeng

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hidayah di Bulan Ramadan

Hidayah di Bulan Ramadan

Merasa lapar? Sudah pasti! Merasa haus? Sudah pasti, letih dan lengah sudah pasti bersahabat dengan diri sendiri. Namun entah kenapa saat bulan ramadhan semakin dekat, begitu banyak pula orang-orang yang menantikannya. Banyak orang yang melontarkan kata rindu serta rasa tidak sabar berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, besyukur karena masih bisa bertemu dengannya. Bulan ramadhan, yang identik dengan kata menahan haus dan lapar. Tapi ternyata saat bulan puasa, bukan hanya menahan lapar dan haus saja! Masih banyak yang mesti kita tahan. Ya termasuk, pandangan, jaga hati, jaga telinga, jaga lisan dan masih banyak lagi. Jadi yang mebatalkan puasa itu bukan hanya makan dan minum saja, salah satu kerugian besar dalam berpuasa adalah berpacaran. Nah, inilah puasa batal tapi tidak makan dan minum. Mengapa demikian? Pacaran itu termasuk zina bukan? Sudah jelas zina, menjalin hubungan dengan yang bukan muhrim itu artinya tak menjaga hati, saling pandang-pandangan? Itu artinya tak menjaga mata, saling melontarkan kata manis dari mulut ke mulut? Itu artinya tak menjaga lisan. Batalkah puasa? Memang tak terlihat batalnya, tapi tetap terhitung batal dimata Allah swt.

Mungkin tidak semua orang setuju bahwa pacaran disaat bulan ramadhan itu tidaklah batal, karena tidak sedikit pula manusia melakukan hal yang sama, makanya tidak ada pembelaan yang benar-benar kuat adanya. Bukankah bulan ramadhan adalah bulan yang penuh kesucian, penuh berkah, bulan dimana kita benar-benar memantapkan iman dan juga taqwa kepada Allah. Tapi mengapa masih banyak manusia yang tidak sadar akan ha itu, mengapa mesti banyak manusia yang masih berani menodai bulan ramadhan ini! Melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Tidakkah kita merasa malu kepada Allah saat menodai bulan ramadhan ini? Saat melakukan dosa dibulan yang penuh kesucian kamu malu kepada manusia, lantas kenapa kamu tak malu kepada Allah? Terlambat kekantor sedikit saja kamu malu dengan atasan, lantas kenapa kamu tidak malu kepada yang diatas saat tidak melangkahkan kaki melaksanakan tarwih dimesjid? Bukankah Allah menyaksikan itu semua!

Namun, ketika bulan ramadhan hampir usai, begitu banyak manusia yang bersikap seolah-olah tak ingin ditinggalkannya. Entah apa maksud manusia tersebut! Saat menjalani bulan ramadhan, banyak yang mengeluh lapar dan haus, maunya kembali lagi seperti hari-hari sebelumnya yang makan tiap hari bahka tiap saat. Lapar disaat bulan ramadhan itu wajar, namanya juga puasa. Kita diuji oleh Allah dengan merasakan lapar sepanjang hari yang luar biasa hebatnya. Allah mau kita sebagai manusia yang berkecukupan tetap bersykur atas apa yang kita miliki. Allah menguji kita dan merasakan bagaimana susahnya orang-orang miskin diluar sana yang bahkan tidak makan dalam satu hari pun, coba bayangkan! maka kurang bersyukur apa lagi kita atas nikmat Allah swt.

Di bulan ramadhan ini kita bukan hanya diuji menahan lapar dan haus saja, apalagi saat terik matahari membara, rasanya ingin sekali minum, bukankah begitu? Namun ada yang lebih menguji dan menantang kita saat bulan ramadhan! Sudahka anda bersabar dalam menjalani ramadhan karena banyaknya godaan? Mampukah anda bersabar saat iman anda diuji oleh Allah disaat bulan ramadhan? Jika anda mengatakan bahwa kesabaran ada batasnya! Maka anda salah, bukan sabar jika masih memiliki batasan. Mungkin semua orang bisa menahan sabar namun hanya dalam waktu sejenak, habis itu kambuh lagi! Maka dari itu ada yang dinamakan istiqomah. Ya semua orang bisa bersabar, tapi tidak semua orang mampu istiqomah dalam kesabaran. Maka dari itu dibulan yang penuh ampunan ini, perbanyaklah mendekatkan diri kepada Allah, berdzikirlah agar hati tetap damai dan tenang, beristigfarlah agar senantiasa dalam lindungan Allah, tidaklah tersesat suatu kaum jika masih ada iman dalam hatinya. Puasalah walau terpaksa, shalatlah walau terpaksa, berdzikirlah walau terpaksa, mengailah walau terpaksa, karena kadang kala kebaikan itu sifatnya terpaksa. Terkadang dari keterpaksaan itulah kita menjadi ikhlas sedikit demi sedikit, dan akhirnya ikhlas melakukan karena Allah swt.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post