Dejavu
Selama memilih joran yang diletakkan di dalam ember di bagian tengah toko perlengkapan aquarium itu, pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Terlihat di matanya ketika dirinya sedang memilih mata kail mana yang kiranya akan dibeli, yang kira-kira sesuai dengan kebutuhannya nanti.
Di hadapannya ada tiga ukuran kail, 0.1mm, 0.2mm, dan 0.3mm, semua ukuran kail untuk menangkap ikan yang maksimal seukuran ibu jari. Babah Sintyong, demikian kami menyebut penjualnya, tampak sudah agak tidak sabar dalam diamnya.
"Pak," suara anaknya memecahkan keheningan yang sedang melanda suasana pikirannya, "Sing niki mawon," katanya sambil menunjuk joran warna hijau terang, warna kesukaannya.
"Boten sing niki?" balasku untuk sekedar menguji keyakinan pada pilihannya, sambil kumainkan gerak menyendal joran seolah sedang memancing. Gelengannya mantap diikuti sorot mata penuh percaya diri.
Setelah kudapatkan jawaban yakinnya, kulanjutkan memberinya advis layaknya seorang pemancing profesional saat memilih senar, timbal, kumbul dan mata kail. Tak terdengar pertanyaan apapun darinya, kepasrahan sebagai anak polos yang belum tahu apapun soal memancing tampaknya menguasai pikirannya.
Kutunjukkan padanya bagaimana menjadi seorang ayah yang hebat. Ayah yang tak hanya bisa mendongeng sebelum tidur, tapi juga berpengalaman dan memiliki pengetahuan serta keterampilan seperti yang diceritakam saat menjelamg tidur.
Entah dapat ide atau inspirasi dari mana, Hari Selasa di awal Bulan Romadhan itu anakku pengin mancing, dan sekonyong-konyong mengajakku pergi ke area persawahan dekat rumah, tapi tak terpikir bahwa untuk memancing itu butuh alat, dan dia belum punya alat pancingnya.
Begitulah, tanpa pikir panjang kuajak dia berkeliling mencari toko alat pancing. Namun kemudian justru pikiran panjangku jadi berkelana ke mana-mana.
Dulu, ketika seusianya, tak kudapatkan dari Bapak tentang pengalaman dan dunia memancing. Kini, situasi sudah jauh berbeda, apa yang kuperoleh di masa kecil secara mandiri, tak mungkin jika kini kubebankan padanya. Maka sudah jadi tanggungjawabku menurunkan pengalaman itu padanya, sebagai bekal menambah pengalaman selanjutnya.
Klimbungan, 202403171717

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren kisahnya Mas gagah. Sukses selalu
Alhamdulillah, terima kasih pujiannya, Mas Bagus, nulis segitu saja, hampir sehari selesainya, hehe...
Ikuuttt...ning aja jor-joran, ya? Hahaa...ky penggedhe wae...
Hahahaa... penggede nggak boleh ikut, mbakyuuu... apalagi jor-joran.
Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.
Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.
Terima kasih, Mas Rahman, wa'alaikasalam literasi.
Mantap