"Kemarin milih siapa, Pak?" tanya mereka ketika pembahasan sejarah perjalanan bangsa ketemu dengan pemilu tahun 1955, yang tentu saja sebagai bagian dari ice breaking kuselipkan dialog, jargon, atau gimmik khas paslon pilpres 2024.

Sebagai guru dan ASN sekaligus teman diskusi bagi mereka, sangat tak baik jika dengan lugas menjawab pertanyaannya langsung dengan menyebut nama, simbol atau jargon paslon. Meskipun judul yang saya tulis di atas terlihat vulgar terkesan sebagai sebuah jawaban, tetapi sebenarnya bukan.

Justru dari pertanyaan itulah saya kemudian bisa memasukkan pemahaman yang baik pada mereka tentang bagaimana berpikir dan bersikap, khususnya dalam menentukan pilihan, khususnya dalam politik, dan umumnya dalam memilih pemimpin, pengurus organisasi, dan sebagainya.

Judul itu saya buat setelah membaca kembali tulisan perdana di tagur episode entah keberapa ini, kemarin. Ternyata di bagian akhir tulisan ada bagian yang menunjukkan momennya pas pada tanggal 01 bulan 03, sangat identik dengan fenomena pilpres 2024, di mana paslon 01 dan 03 pendukungnya saling dukung untuk mengomentari paslon 02.

Jadi, merupakan kemustahilan bagi saya untuk memilih (angka) 02 dalam tulisan saya itu, karena faktanya saya memulai kembali #tagur 365 ini pada tanggal 01 bulan 03. Jikapun saya harus memilih untuk menyertakan angka 02, maka harus lengkap dengan angka yang menyertainya, yaitu tahun 2024.

Begitu.