Ini bukan tentang gimmick pemilu kemàrin, yang sampai sekarang masih menyisakan euforia perdebatan antara dua kubu, petahana dan oposisi. Lho, kok dua kubu, bukannya tiga?

Bukan, dan itu tak penting lagi menurutku, setidaknya untuk saat ini. Bagiku lebih penting ngurusi, atau mikir, hari-hari belakangan ini yang rasa-rasanya makin tidak karuan terkait pekerjaan dan tanggung jawab. Mereka yang di atas sana sepertinya kurang memahàmi sikon di bawah sini, jadi biarlah mereka syik di sana, saya juga mau asyik di sini.

Hampir setahun sejak gagal menyelesaikan tantangan menulis 365 hari tanpa henti, ada perasaan ganjil yang selalu hadir di dalam pikiran dan di dalam hati. Seperti ada sesuatu yang hilang sehingga seringkali ada saat-saat seperti tak tahu mau melakukan apa.

Rasa seperti ini pernah kutulis juga, tentunya dengan gaya dan penekanan yang berbeda, dan setelahnya memang agak sedikit reda, tidak hilang begitu saja, tapi masih sering muncul lagi. Benar-benar mengganggu pikiran dan perasaan.

Pengalihan yang paling sering kulakukan adalah membaca status di media sosial, termasuk juga di grup efbe Gurusiana dan di lamannya, ketika ada judul artikel yang menarik dan inspiratif. Sering juga menuangkan isi pikiran dan perasaan di status.

Kebetulan sekali, sore ini tepat pukul 05.00pm (jam yang tertera ketika kubuka laman ini) kubulatkan kembali tekad untuk mengulang, remidi, #Tagur365. Ini setelah membaca status seorang gurusianer, Bu Widi Yati yang juga baru berniat memulai lagi menulis setiap hari.

Momennya pas, kebetulan tanggal 01 dan bulannya masih 03, statusnyapun langsung kutanggapi, dan tanpa menunggu jawabannya langsung kumulai dengan ini.

Yuk kita gas lagi, gak perlu gaspol, pengalaman hampir dua tahun nulis kalau gaspol malah bensinnya cepat habis. Taggarnya saya pasang seperti di awal dulu ikutan saja, biar mudah mengingatnya.