MA'ARIF SETYO NUGROHO

Nama kecilnya Nu atau Enu, dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang berbeda. Sumpiuh di kabupaten Banyumas dan Bobotsari di Kabupaten Purbalingga dari leluhur y...

Selengkapnya
Navigasi Web

Plot Twist

Pagi ini usai makan sahur saya sempatkan membaca beberapa karya sahabat baru di Gurusiana ini, beliau-beliau ini selalu hadir di jejak remidi tagur365 saya, yang baru sampai hitungan ke 21 alias Selikur dalam Bahasa Jawa (ini juga mengingatkan tentang falsafah kehidupan ala Jawa, kita bahas di tulisan lain). 

Pertama dari Pak Yulianto Samah, mohon maaf penulisan nama beliau tidak lengkap sesuai yang sebenarnya, beliau tak pernah absen rawuh di kolom komentar, pastinya juga sudah membaca.

Yang kedua Pak Tito, sebut saja begitu, karena yang paling berkesan di memory saya dari nama panjang beliau adalah itu. Sekali dua beliau berkunjung, dan kemudian di kolom notifikasi sering sekali muncul, diikuti juga dengan komentar.

Sebagai balasan, tentu saja harus dan perlu saya lakukan, selain etikanya adalah begitu, juga ada alasan yang menurut saya penting dalam rangka mendukung sesama warga "baru," yang dalam budaya induk semang kita tercinta ini istilahnya adalah SKSS. 

Berikutnya seorang sahabat "baru" juga, Mbakyu Fransiska Fajar. Tanda petiknya sejuta makna dan sejuta tafsir, Anda bisa menyusuri jejaknya di kolom komentar dan di media sosial efbe grup kita. 

Ingatan saya yang paling sering muncul saat menulis di sini dengan taggar #Tagur365 adalah saran untuk selalu rajin menabung setiap hari. Iya, menabung, tanpa awalan kalimat baku, "...yang baik hati dan suka menolong", Agar serasa tak dikejar debt kolektor menjelang pukul 23.59.

Kok, bisa begitu yang saya ingat?

Ya nggak tahu, kok nanya saya, namanya saja yang teringat, bukannya yang diingat-ingat. 

Nah, di sinilah letak Plot Twistnya. 

Saat membaca tulisan Pak Samah, sebelum sampai pada bagian akhir, pikiran kita sudah diajak berkelana ke masa depan dan ke masa lalu, atau sebaliknya. Tetapi begitu sampai di akhir, ternyata belum berakhir.

Lho, piye to iki?  

Tehnik menulis seperti itu pernah saya dengar uraiannya dalam sebuah pelatihan kepenulisan, tapi entah oleh siapa. Dan saya sedikit tergoda untuk berkomentar (nyinyir) ketika istilah Plot Twist ini banyak dipakai oleh para konten kreator, istilah keren mereka yang suka bikin video di beberapa platform medsos, seolah mereka begitu familiar dalam kesehariannya.

Bagaimana saya nggak pengin nyinyir, wong menulis kata dan kalimat dalam videonya saja sangat banyak yang nggak sesuai kaidah, sok-sokan menggunakan istilah kepenulisan dalam kontennya.

Masalahnya konten mereka ini cukup banyak viewnya, sering jadi rujukan anak-anak usia labil yang kalau di sekolah sangat susah diajak aktif berliterasi seperti membaca, menulis dan berpikir. Jadinya merusak, kan?

Wallahu'alam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sering saya merasa ada satu fase yang hilang dari anak-anak didik saat ini. Betapa mereka sangat susah diajak aktif berliterasi seperti membaca, menulis dan berpikir. Ketika Pak Nu menyematkan ini pada opini di laman ini, saya merasa ternyata kita menghadapi tantangan yang sama. Semoga segera ada solusi yang menjadi plot twist untuk hal problematik ini. Salam literasi, sehat selalu Pak Nu.

25 Apr
Balas

Mantap ustadz Nu

05 Apr
Balas

Alhamdulillah, matur nuwun Ustadzah

05 Apr

Mantap

05 Apr
Balas

Alhamdulillah, Terima kasih, Pak

05 Apr

Sama sama

05 Apr



search

New Post