Puasa Bedug
PUASA BEDUG
(Cerita Anak #Tagur365-9)
Oleh : Ma'arif SN
Pada awal Ramadhan kemarin, Astha sangat antusia menunggu Hari Ahad atau hari Minggu dan hari libur untuk pergi memancing. Oleh karena itu Ayah sudah menebak dalam hati, "mungkin nanti akan mengajak mancing lagi".
Tetapi apa yang ditunggu Ayah tak datang-datang, yang ada malah Ibu Astha ngajak bebersih pekarangan belakang, yang rumputnya sudah rimbun dan menyemak. Asthapun latah, "Ayo, Pak," katanya singkat.
Singkat cerita, acara bebersihpun dimulai. Ayah bersenjata cangkul, sabit, dan gergaji, mbak Queen dan Mbak Fira memainkan spon, selang, dan sikat, sedangkan Ibu tidak terlihat membawa senjata.
Setelah kurang lebih 2 jam, ketika Ayah melintas di depan rumah untuk mencari sapu, terlihat Astha dan Ibu duduk di Ruang depan. "Pak, panggil Ibu. "Ya..?" Ayah menengok ke dalam. Sambil mengerling ke arah samping kiri, di mana Astha tampak duduk dengan wajah kuyu.
"Dadi ngelih (Jadi Lapar), kata ibu menirukan ucapan Astha.
Hahahaa.. ya, ora papa, jenenge puasa ya ngelih (nggak apa-apa, namanya puasà, ya lapar) jawab ayah menyemangati.
Waktupun terus berjalan, kegiatan juga terus berlangsung, Astha sudah kembali ikut Ayah menggali lubang sampah, kedua kakak Astha sudah selesai mencuci motor dan pergi ke rumah Kakung (Kakek) mencuci pakaian, karena mesin di rumah rusak.
Usai Shalat Ashar, obrolan tentang puasa hari itu dimulai. "Astha sampun buka?" Tanya Ayah. Hanya anggukan tanpa ekspresi jawabannya. "Sampun puasa malih?" Lanjut Ayah. Kembali Astha mengangguk.
Memang tidak ada cerita asyik sore itu, karena mereka bertiga sambil bersiap-siap memgaji di TPQ. Baru kemudian ketika habis Mabghrib kembali berkumpul, ceritanya jadi seru.
"Tadi itu, waktu Astha kelaparan, lucu, ya, Tha?" Kata ibu sambil memandang Astha. Astha hanya tersenyum tersipu malu. Menurut Ibu, tadi ketika merengek minta buka puasa, oleh ibu dibujuk supaya menunggu Adzan, "Sekarang baru jam sebelas, adzannya nanti jam duabelas," kata ibu.
Rupanya Astha terlena dengan bujukan ibu, jadi lupa laparnya karena diajak ngobrol macam-macam. Ketika dari jauh terdengar suara Adzan, Ibupun mengingatkan Astha, "Itu Adzan, sana buka," kata Ibu melanjutkan. Tetapi Astha tidak mau, "Mangke (nanti), ah, nunggu Pak Ru sing Adzan," katanya.
Begitu juga ketika sesaat kemudian terdengar Adzan dari Masjid lain, jawabannya masih sama. Baru ketika terdengar Adzan dari Masjid Wali Limbung, masjidnya Astha, segera Astha mengambil gelas dan minum, kemudian disuapi Ibu.
"Cepet, Bu, selak komat, katanya. Ibu jadi heran dan bertanya, "kenapa memangnya kalau qomat?
"Nek puasa bedug niku, to, boten pareng maem malih nek sampun qomat (Kalau puasa bedug itu, nggak boleh makan kalau sudah iqomqh)," kata Astha dengan penuh keyakinan.
"Oo.. napa nggih?" Timpal ibu pura-pura baru paham.
Benar saja, ketika terdengar iqomah, Astha langsung minta berhenti makan, "Bu, sampun qomat, maeme sampun (sudah), ah." "Lho, tinggal dua sendok, ditelaske (dihabiskan)," kata Ibu. "Boten, ah, mimik mawon," kata Astha sambil mengambil minum dan kembali bergabung dengan, Bapak.
TAMAT
Klimbungan 202424030335
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wisss...bocah keren tenan iki. Sapa to bp e? Hahaa ...
Budeya yang super keren... hehe... Sehat sehat sehaaatt selalu, mbakyuuu...
Inspiratif
Alhamdulillah, terima kasih, Pak