Madanta flora

Madanta Flora, ibu dari tiga orang anak ini mengajar di SMK Negeri 4 Sampit Kalimantan Tengah sejak tahun 2005 hingga sekarang. Lahir di Pematang Siantar, 5 Agu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perenungan ku di Hari Guru Nasional

Sebuah Perenungan di Hari Guru Nasional

Hari ini terasa berbeda dari biasanya. Ada banyak orang yang tengah mempersiapkan kado, bunga dan berbagai jenis hadiah yang akan dipersembahkan bagi gurunya masing-masing. Sayup kudengar lagu hymne guru bergema disana-sini.

“Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa”. Penggalan lagu ini sejenak membuat ku terhenyak. Mengapa?................ karena aku merasa bahwa lagu ini terlalu agung untuk ditujukan kepadaku. Karena aku juga adalah seorang guru.

Pada hakekatnya seorang guru adalah seseorang yang bisa dijadikan teladan, sehingga setiap perkataan dan perilakunya selayaknya pantas untuk ditiru.

Izinkan aku tuk berkata jujur, paling tidak aku ingin belajar jujur pada diriku sendiri. Bahwa aku masih sedang berusaha dan belajar untuk menjadi layak menyandang profesi mulia itu.

Maafkan aku anak-anakku, terkadang aku merasa rikuh ketika aku menyuruhmu untuk disiplin, sementara aku sering kali gagal dalam melakoninya.

Maafkan aku anak-anakku, terkadang aku merasa risih, ketika aku mendorongmu untuk rajin belajar, sementara aku seringkali lalai mempersiapkan diri.

Maafkan aku anak-anakku ketika aku merasa malu tuk mengajarkanmu untuk menjadi siswa yang berkarakter, sementara terkadang aku lupa bagaimana seharusnya aku berkarakter dalam setiap tingkah langkahku.

Berkarakter dalam berpakaian, mencerminkan bahwa melalui pakaian seragammu menunjukkan bahwa kalian adalah orang-orang terpelajar. Sedangkan aku, terkadang aku kurang perduli dengan pakaian yang aku kenakan.

Berkarakter dalam bertutur sapa, tahu menempatkan diri saat berkomunikasi dengan guru, orang tua, masyarakat dan teman-temanmu di sekolah. Sementara aku, terkadang aku merasa bahwa aku berkata apa saja tentangmu. Terkadang aku khilaf dan mengucapkan kata-kata yang bisa melemahkan semangat dan meruntuhkan mental dan rasa percaya dirimu. Tak sepantasnya, aku memberikan label bodoh padamu, apalagi mengucapkannya.

Maafkan aku anak-anakku, terkadang aku merasa ringkih ketika aku mengajarkan kalian untuk menjadi insan yang takut akan Tuhan, jujur, mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan masih banyak lagi karakter baik yang seharusnya kalian miliki untuk menjadi bekal kalian dimasa depan. Sementara aku, ternyata masih belum mampu menjadi teladan dari semua karakter-karakter itu.

Sekali lagi maafkan aku, perenungan kali ini sungguh menyadarkan aku bahwa ternyata aku masih jauh dari pantas untuk layak disebut sebagai seorang “GURU”.

Namun….hanya orang bijak lah yang mau mengevaluasi diri dan tidak selalu berpikir bahwa dia selalu benar. Juga mau memperbaiki diri dan selalu memiliki hasrat untuk berubah dan menjadi lebih baik setiap hari. Dan aku memutuskan untuk menjadi salah satu dari dari jutaan orang bijak yang ada dimuka bumi ini. Dan inilah tekadku, karena aku tahu bahwa tugasku adalah ibadahku. Dan aku mau melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kamu mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kamu layani, dan bukan hanya manusia (Kolose 3:23).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post