Madinatul Munawaroh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lomba di Pondok Pesantren

Lomba di Pondok Pesantren

Lomba di Pondok Pesantren

Oleh: Madinatul Munawaroh

Keluarga Pak Harun mengunjungi Fahmi, anaknya di Pondok Pesantren X. Seperti biasa, Pak Harun membawakan buah tangan untuk Fahmi dan teman-temannya. Usai makan bersama, Fahmi dan teman-temannya saling bercerita tentang akan diadakannya berbagai macam lomba minggu depan. Beberapa teman Fahmi, tidak ingin mengikuti lomba dengan alasan malu dan lain sebagainya.

Pada Akhirussanah, sudah menjadi tradisi bagi Pondok Pesantren mengadakan berbagai macam lomba. Diantara lomba tersebut adalah Qiro’atul Kutub, azan, bilal, khotbah Jumat, hafalan nadzom, selawat, pidato, cerdas cermat, dan lain sebagainya. Beberapa lomba tersebut, diperuntukkan bagi para santri. Sedangkan lomba azan, bilal, dan khotbah Jumat khusus bagi santriwan.

Berbagai persiapan dilakukan oleh panitia lomba. Panitia lomba sendiri, terdiri dari asatiz-asatizah Pondok Pesantren X tersebut. Diantara persiapan yang dilakukan adalah menentukan jadwal lomba, juri, kriteria penilaian, penataan tempat, serta peralatan yang dibutuhkan.

Pada pra acara, panitia mengecek nama-nama peserta yang mengikuti lomba. Lomba selawat dan hafalan nadzom adalah lomba yang paling diminati dengan peserta terbanyak. Sedangkan untuk ajang lomba lainnya, panitia masih harus memberikan motivasi agar para santri mau mendaftarkan dirinya.

Alasan yang diberikan para santri tidak mengikuti lomba adalah malu, demam panggung, minder, dan lain sebagainya. Padahal, ajang lomba yang diadakan oleh pondok pesantren sebenarnya sangat bermanfaat bagi diri santri.

Sebagai seorang santri yang mengikuti lomba, tujuan utama janganlah menjadi pemenang. Namun, mencari tahu apa manfaat untuk dirinya. Menang dalam perlombaan jadikan tujuan yang ke-2. Menang-kalah dalam sebuah perlombaan itu biasa. Akan tetapi, untuk memotivasi diri, maka kemenangan menjadi tujuan utama.

Tidak apa-apa jika tidak pernah menang, setidaknya mempunyai kenangan dan pengalaman. Sebab, kelak ketika bermasyarakat, lomba yang telah diikuti akan bermanfaat. Misalkan, lomba azan, bilal dan khotbah Jumat. Saat santri sudah menyulap dirinya menjadi orang dewasa yang sudah berkeluarga, saat itulah dia akan merasakan gunanya mengikuti lomba-lomba yang diadakan di pondok pesantren.

Mayoritas masyarakat desa akan menunjuk alumni pondok pesantren untuk menjadi muazin maupun bilal. Mayarakat tidak akan bertanya, apakah dulu kamu memenangkan lomba azan? masyarakat tidak mau tahu tentang itu. Masyarakat tahunya kamu adalah lulusan pondok pesantren, dan pasti bisa azan, menjadi bilal, menjadi imam istighosah dan lain-lain.

Lomba pidato mengajarkan mental, tidak takut berbicara di depan umum atau dikenal dengan Istilah public speaking. Acara kecil maupun besar seperti hajatan pernikahan, sunnat, maulid nabi, dan lain-lain tentu membutuhkan pembawa acara dan pengisi acara. Jika mental telah terlatih sejak masih menjadi santri, manfaatnya adalah saat boyong dari Pondok Pesantren.

Kajian kitab mengajarkan aturan kehidupan pada diri, mulai dari hablumminallah, hablumminannaas, dan hablumminal ‘alam. Ilmu tasawuf, cara baca al-qur’an, cara baca kitab kuning, hingga ilmu fiqh, digunakan sehari-hari dalam kehidupan. Apalagi kitab adalah dawuh para ulama’ yang merupakan tuntunan kehidupan setelah Al-Qur’an dan Hadist.

Di masyarakat, tentu banyak kegiatan kemasyarakatan yang sudah diajarkan di Pondok Pesantren. Saat seorang santri menjadi bagian masyarakat seutuhnya, seharusnya tidak boleh vakum. Mengamalkan ilmu merupakan kewajiban. Makna ilmu bermanfaat, akan tampak saat itu. Pelajaran dan pengalaman di Pondok Pesantren menghasilkan ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain. Hargailah ilmu, sebab dengan menghargai ilmu termasuk menghargai diri sendiri.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya:

‘’Wahai orang-orang yang beriman! apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.’’

Ayat diatas mengindikasikan betapa mulianya orang yang beriman dan berilmu. Dengan berilmu orang akan disegani, bahkan dengan ilmu pula dunia akan menghampiri. Bukan orang berilmu yang mengejar harta, namun harta yang mengejar orang berilmu. Jangan pernah berhenti belajar, dan jangan pernah putus asa dalam mencari ilmu, baik masih menjadi santri atau sudah menjadi alumni.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post