madu ratnawati

Lahir di Prabumulih 1 Oktober 1964, dari bapak ibu asal Madura. Sejak kecil memang bercita-cita menjadi seorang guru dan tetap senang menjadi guru. Tidak pernah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Apa Enaknya Makan Kuaci?

Apa Enaknya Makan Kuaci?

#Tantangan Menulis 60 Hari, Hari ke 40

“Ma, apa enaknya sih makan kuaci?” tanya anakku saat melihatku asik banget makan kuaci tanpa jeda kala menonton acara televisi dan makan hanya menggunakan satu tangan.

“Seru aja” jawabku

“Seru gimana? Emangnya kenyang ya makan kuaci?” anakku gak berhenti bertanya

“Bukan kenyang, tapi kembung. Hehehe…”, jawabku sambil menggodanya

“Mamaku aneh”, sahutnya gak kalah menggodaku

Aku juga gak ngerti mengapa suka makan kuaci. Mungkin hanya imbas dari kebiasaan masa kecil ya. Semasaku kecil hampir semua temanku senang makan kuaci. Kuaci adalah biji semangka yang dikeringkan. Bentuknya kecil berwana hitam dan rasanya asin. Setidaknya, kulitnya berasa asin. Kalau sudah asik makan kuaci, berhentinya hanya saat bibir berasa tebal dan sakit. Karena rasa asin yang berlebihan.

Sekarang aku lebih suka kuaci yang berasal dari biji bunga matahari. Lebih besar dan rasanya tidak melulu asin. Ada rasa original (berasa asin juga sih), ada lagi rasa green tea, salted egg, hingga rasa susu. Walaupun hasil akhirnya sih sama aja, yaitu kembung. Artinya, tidak merasa kenyang karena hanya buat iseng-iseng berhadiah aja.

Mengenang masa kecil, makan kuaci pernah dijadikan lomba loh. Dalam kegiatan pramuka di lingkungan rumahku, setiap anak dalam regu atau kelompok diberi satu bungkus kuaci lalu diminta untuk menghabiskan dalam waktu tertentu. Rasanya kegiatan lomba makan kuaci itu yang membekas di pikiranku, ya. Makanya aku jadi senang makan kuaci dan sudah tingkatan mahir, kata anakku, karena bisa membuka biji kuaci pakai satu tangan. Tepatnya dua jari, sih. Hehe.

Makan kuaci juga salah satu caraku menahan rasa kantuk. Karena setidaknya aku harus konsentrasi saat membuka biji kuacinya. Jangan sampai tertelan bersama kulitnya. Menyebalkannya, kalau makan kuaci adalah saat membersihkan area makan kuaci. Serpihan-serpihan kulit kuaci yang halus dan kecil-kecil itu membutuhkan ketelatenan membersihkannya. Tambah gak ngantuk, kan?

Tapi ada adabnya loh makan kuaci. Jangan disembarang tempat. Aku pernah berkelompok besar berkunjung ke salah satu tempat pelatihan perbankan. Duduk rapi di ruangan besar, berpendingin, dan tertata rapi. Kami tidak diperkenankan membawa makanan kecil yang mereka sudah siapkan di luar ruangan. Jadi kalau mau makan kudapan harus di luar ruangan. Tiba saatnya kami mengikuti penjelasan di dalam ruangan, tidak berapa lama tiba-tiba terdengar suara berisik. Krik krik krik…. Bersahutan di area tengah ruangan, bunyi biji kuaci dikupas. Rupanya ada beberapa teman yang makan kuaci yang dibawa salah seorang diantaranya! Spontan kami semua berpaling kearah mereka. Beruntungnya mereka menyadari ketidaksopanannya, jadi segera berhenti. Mungkin mereka melakukannya untuk menahan rasa kantuk seperti caraku ya, haha… tapi harus lihat situasi dan kondisi ya?

Yuk, lanjut makan kuaci ….

Jakarta, 11 Juli 2020

madhoeLibranagavenus

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya bu, salam kenal saya lahir di Prabumulih dan tinggal di Prabumulih, ibu domisili dimn?

11 Jul
Balas

terima kasih bu Elva. salam kenal.saya cuma numpang lahir. tumbuh dan menuanya di Jakarta...

11 Jul
Balas



search

New Post