#Tantangan Menulis 90 hari, hari ke 65

Apa yang harus dipersiapkan kala melakukan kegiatan Belajar Dari Rumah? Bahan ajar? Perangkat pembelajaran? Media pembelajaran? Banyak-banyak bikin video pembelajaran? Rame-rame ikut seminar daring baik yang gratis maupun yang berbayar, baik pakai e-sertifikat maupun beneran hanya dengerin seminar.

Di atas semua itu, hanya satu yang kita butuhkan. Yaitu SABAR. Setiap pagi bu guru sudah rapi jali, dandan ayu, bikin status setiap pagi dan sore buat absen pakai foto, dan berseragam pula. Di depan anak-anak saat tatap maya, semua video dimatikan dengan alasan nanti sinyalnya gak kuat, ada juga yang belum mandi, lainnya beralasan belum pakai kerudung, satu lagi masih pakai kaos oblong.

Hmm… itu sih masih mendingan ya. Ada kemauan untuk tetap ikut belajar. Kalau lagi belajar daring melalui WA grup lebih seru lagi tuntutan kesabarannya. Diminta isi absen pakai link google form, mereka rajin mengisinya, lima menit lagi mulai, eeh yang respon materi hanya sedikit. Pas bu guru kasih kuis pakai quizizz atau kahoot atau google form, baru deh kelimpungan.. mulai satu persatu kontak bu gurunya pribadi. Maaf bu guru, tadi sinyal putus. Maaf bu guru, saya tadi anterin emak ke pasar dulu, Maaf bu guru saya kesiangan. Waduh? Padahal tadi sudah isi absen. Iya bu, abis isi absen, saya bobo lagi.

Hehehe… Bu guru hanya bisa tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang terlalu serius di jam mengajarnya. Pengecualian memang ada, untuk anak-anak tertentu yang memang kondisi keluarganya katagori ekonomi sulit, HP rebutan, HP eror, tidak punya laptop, sinyal susah,tidak punya kuota, sampai HP hilang. Sebenarnya itu juga yang dialami sebagian guru, bukan? Hanya saja bu guru masih suka jalan-jalan ke sekolah yang punya akses internet besar, jadi bisa numpang buat mengajar daring lalu ikuti seminar daring juga.

Bu guru Koreksi tugas anak-anak yang ratusan, olah nilainya, bikin daftar nilainya, gabungkan dengan kehadirannya. Belum lagi cek jam kehadirannya, tepat waktu atau lewat waktu. Kok ribet? Iya, karena menjadi guru bukan sekadar transfer pengetahuan. Bukan sekadar ngasih tahu. Tetapi transfer budaya dan pembentukan karakter. Ya, sesungguhnya bersekolah itu proses transfer budaya dan pembentukan karakter. Belajar hidup bermasyarakat, saling menghormati, memahami proses, dan mengenal sopan santun.

Betul bahwa tidak semua anak suka dengan semua mata pelajaran, tetapi cara menikmati prosesnya itulah yang harus kita tanamkan. Betul bahwa bukan karena mata pelajaran tertentu anak itu akan sukses, tetapi ketika mereka mengalami proses mengikuti langkah pembelajarannya yang membuatnya menjadi kuat. Lebih baik mereka merasakan susahnya sekarang karena mengikuti proses menjadi disiplin daripada susahnya nanti berkepanjangan karena kita tidak pernah mengenalkan arti disiplin.

Bu guru menutup matanya, menarik nafas panjang, dan hembuskan perlahan. Ketika bu guru membuka mata kembali, bu guru sudah bisa tersenyum kembali dan siap menerima permainan lucu lagi dari anak-anaknya yang sudah tidak lagi masuk katagori anak-anak yang lucu menggemaskan. Bu guru sudah siap menerima kembali permintaan maaf anak-anaknya…

Jakarta, 5 Agustus 2020

madhoeLibranagavenus