Ketika Pikiran Sadar Menginterupsiku untuk Tampil Berani
#Tantangan Menulis 90 hari, hari ke 68
Kejadian ini tiba-tiba saja terlintas kembali di pikiranku saat tadi bercerita ringan bersama si bungsu. Suatu ketika saat aku masih sebagai guru muda, honorer, dan bersemangat berjiwa guru baru, berjalan menuju sekolah tempatku mengajar. Kala itu kondisi jalannya masih banyak tanah merah dan kami harus melewati pasar kaget yang penuh orang, sehingga jalan pun susah, terutama jika musim penghujan tiba. Hari itu, kebetulan jalanan becek karena semalaman hujan turun deras sekali. Tetapi aku dan murid-muridku bersemangat tetap ke sekolah.
Karena kondisi jalan yang tadi aku gambarkan kala hujan tiba, maka kami harus berjalan hati-hati, di pinggiran kali, mengandalkan tepian kali yang berupa batu-batu besar tersusun rapi. Karena kalau kami melangkah ke kanan terjebak lumpur tanah merah, kalau ke kiri, ya nyebur ke kali. Jadi itu satu-satunya jalan setapak kami. Tiba-tiba saja murid-muridku yang sudah terlebih dahulu berjalan di depanku menjerit-jerit dan balik arah sementara kami yang di belakang tidak mungkin juga mundur. Aku bertanya, “Ada apa?”
“Takut buuu…, ada Soang!” teriak salah satu muridku. Benar saja, tampak olehku beberapa ekor Soang sedang bersahut-sahutan. Aku berkata dengan tenangnya,”Ssttt…. Kalian jangan lari, nanti malah dikerjarnya. Sini, Ibu aja yang duluan jalan, nanti kalian ikuti ya. Jalannya tenang saja, jangan nampak ketakutan. Mereka si Soang itu gak apa-apa kok” aku pun akhirnya jadi pemimpin jalan barisannya anak-anak SMA yang ketakutan bertemu gerombolan Soang, dan… Selamat sampai ke area aman dari gerombolan Soang. Murid-muridku berteriak lega dan mengucapkan terima kasih gak henti-hentinya. Salah satu dari mereka malah berkata, “Wah, ibu hebat!”
Padahal, sepanjang melewati gerombolan si Soang, aku berusaha menguasai diriku untuk mengatakan, semua akan baik-baik saja, semua bisa aku lalui. Kalimat itu berulang aku sebut dalam hati. Berhasil! Jadi, apakah sebenarnya aku berani ketika berhadapan dengan si gerombolan Soang? Jawabannya, tidak. Sesungguhnya aku pun ketakutan setengah hidup saat itu! Haha… karena waktu aku masih duduk di kelas 2 SD, aku pernah dikejar Soang,bahkan rok putihku digigitnya, sehingga kami sempat tarik menarik seperti kalau lagi lomba tarik tambang, dan aku menang. Karena si Soang melepaskan gigitannya. Atau mungkin si Soang kasihan ya melihat aku ketakutan tapi tanpa menjerit dan menangis. Raut wajahku seperti apa ya kira-kira? Tapi pasti mendalam sekali bekasnya. Bekas yang ada di pikiranku karena itu terus terbawa hingga dewasa, bahkan sampai sekarang.
Ketika aku mulai membaca informasi seputar hypnosis, ternyata memang kita dipengaruhi oleh pikiran-pikiran di alam bawah sadar kita. Jika pikiran kita didominasi oleh pikiran-pikiran negatif, ya kita akan mudah digerakkan oleh pikiran-pikiran negatif yang tertanam di alam bawah sadar kita sekalipun pikiran sadar kita mencoba menginterupsinya. Lalu mengapa saat itu aku bisa melewati trauma dengan Soang, bahkan seolah aku orang yang berani menghadapi Soang? Karena aku mampu menguasai pikiranku dengan pikiran-pikiran positif dan yakin semua baik- baik saja. aku terus katakan, semua akan baik-baik saja, semua bisa aku lalui. Aku guru, aku harus kuat dan berani di depan murid-muridku supaya mereka tidak ikut trauma seperti diriku.
So, jadi sekarang sudah berani menghadapi Soang?
Jakarta, 8 Agustus 2020
madhoeLibranagavenus
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar