madu ratnawati

Lahir di Prabumulih 1 Oktober 1964, dari bapak ibu asal Madura. Sejak kecil memang bercita-cita menjadi seorang guru dan tetap senang menjadi guru. Tidak pernah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Tua itu Niscaya, Menjadi Manusia Berpikir Positif itu Pilihan

Menjadi Tua itu Niscaya, Menjadi Manusia Berpikir Positif itu Pilihan

#Tantangan Menulis 90 hari, hari ke 62

Empat tahun bukan waktu yang lama jika kita disibukkan dengan hal-hal positif mengisi hari-hari rutin kita. Ya, empat tahun lagi aku memasuki masa pensiun dari aktivitas bekerja dengan diberi gaji dari pemerintah. Aku bisa merasakan apa yang senior-seniorku dulu rasakan. Ada yang bisa melaluinya dengan hati tenang, ada juga yang melaluinya dengan banyak keluhan, dan ada juga yang melaluinya dengan pesimis.

Aku baru saja membaca sebuah buku berjudul Breaking your criminal minds, karangan Adnan Iskandar. Buku ini ternyata sudah cukup lama menumpuk saja di sudut lemari pajangan. Sayangnya tidak ada tulisanku, kapan buku ini aku beli. Biasanya aku suka menuliskannya dan kadang kutulis juga sebaris kalimat menandakan kondisi apa aku membelinya. Ah, tidak jadi persoalan juga sih, karena aku sudah keburu senang mendapatkannya kembali. Seingatku aku baru membacanya beberapa lembar saja dari sekian ratus lembar yang ada. Buku ini pasti menarik perhatianku makanya aku beli. Hmm…aku jadi pingin juga punya buku yang calon pembacanya seperti diriku, tertarik lalu membeli, walau dibacanya entah berapa hari kemudian. Aamiin.

Nah aku membaca sebuah topik bagus tentang ciri-ciri orang yang berpikir positif. Lalu aku kaitkan dengan kondisiku seperti pada alinea pertama tulisanku ini. Dituliskan dalam buku tersebut terdapat sebelas ciri-ciri orang yang berpikir positif, yaitu optimis, menganggap masalah adalah tantangan, menikmati hidup, berpikir terbuka, singkirkan pikiran negatif, selalu bersyukur, jangan bergosip, jangan banyak alasan, tutur kata positif, Bahasa tubuh yang baik, dan peduli kepada penampilan diri.

Ciri pertama orang berpikir positif itu adalah optimis. Ya, harus optimis. Ketika masa pandemi covid-19 merebak, lalu mengakibatkan kami harus mengajar dari rumah, tentu ada kecemasan dan kekhawatiran. Bagaimana cara kita mengajarnya? Aku ikut belajar kilat dari teman yang menguasai IT bagaimana membuat Google Classroom, sebuah wadah untuk dapat memberikan materi ajar, dan menerima tugas anak-anak. Aku belum terpikirkan membuat sendiri media pembelajaran. Bahkan bikin PPt juga hanya sesekali. Aku tidak kuasai membuat PPt dengan segala animasi seperti guru yang lainnya. Tetapi dengan menguasai satu cara mengajar jarak jauh ini, dengan segala keterbatasanku menguasai IT dan sekaligus kelebihanku, aku merasa optimis untuk bisa mendampingi anak-anakku melalui masa- masa sulit melewati proses pembelajaran jarak jauh dan sampai pada akhir semester genap.

Ciri kedua adalah melihat masalah sebagai tantangan. Benar, buat orang pemenang, masalah adalah tantangan, buat pecundang, masalah adalah rintangan. Aku tidak terlalu menguasai teknologi komputer dengan segala pernak-pernik fasilitas yang sebenarnya dapat memudahkan aku mengajar ya. Keterbatasan kemampuan itu adalah masalahku, tetapi menjadi tantangan karena aku mengubah pola pikirku. Aku termasuk guru senior yang sebentar lagi pensiun maka aku harus menjadi teladan bahwa aku saja mau belajar, maka guru penerusku tidak boleh ada alasan tidak mau belajar. Ya kan?

Ciri ketiga adalah menikmati hidup. Menikmati proses terisolirnya kegiatan rutin kita dengan besar hati, menjadikan hari-hari bisa kita lalui dengan tenang. Ketenangan itulah yang menaikkan imun tubuh kita sehingga kondisi badan menjadi lebih sehat dan fit.

Ciri keempat adalah Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide. Ketika masa liburan tiba, dan disaat banyak orang benar-benar berlibur diam di rumah, aku bersama beberapa temanku justru ke sekolah untuk belajar menyiapkan media pembelajaran baru sebelum memasuki tahun ajaran baru. Setiap langkah baru, kami sampaikan ke teman-teman lainnya dengan harapan dapat mensupport semangat teman-teman agar tetap berproduktif. Ibaratnya, aku saja yang dalam hitungan kurang dari 4 tahun lagi akan pensiun masih mau belajar dan belajar. Yach, sekalipun tidak secepat teman-teman yang lebih muda dan gesit ya, tetapi setidaknya ada hasilnya. Nah, tentu ada saja yang memberi ide atau masukan. Ide dan masukan yang positif itulah yang kita ambil agar energi kita bertambah. Bagaimana dengan masukan atau ide yang buruk, atau hanya berkomentar seolah kita hanya mencari popularitas saja, karena sebagian besar media pembelajarannya ditayangkan di you tube? Buatlah komentar negatif itu menjadi aura positif buat energi kita kedepannya.

Ciri kelima adalah mampu mengenyahkan pikiran negatif. Nah, selalu saja ada yang ucapan orang yang membuat kita jadi berpikir negatif ya. Pernah ada yang bilang, ngapain sih, sudah mau pensiun ini. Sudah tua. Biar saja anak-anak muda yang mengerjakan. Dan tidak perlu sebut-sebut nama segala di video-video pembelajaran kita. Tersenyumlah. Coba pikirkan, siapa yang sebenarnya berpikiran negatif? Katakan, bukan kita. Dengan demikian, kita terus melangkah dan belajar tanpa beban. Fokuslah pada tujuan kita.

Ciri keenam adalah selalu bersyukur dengan yang dimilikinya. Ya, bersyukur adalah kata kunci paling ampuh untuk meringankan beban pikiran kita. Bersyukur, aku masih bisa belajar banyak dimasa pandemi ini. Bersyukur aku masih bisa menghasilkan karyaku sendiri justru disaat kondisi terdesak seperti saat ini. Biasanya tidak pernah bikin Presentasi menggunakan PPt buatan sendiri, sekarang jadi betah belajar didepan laptop kesayanganku dan berkhayal akan disajikan seperti apa agar menarik. Aku pun menggunakan cara ATM. Amati Tiru Modifikasi. Cara sah dan halal loh. hehe

Ciri ketujuh adalah tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu. Kalau kita memahami, gosip itu berkawan baik dengan pikiran negatif, maka kita akan segera menghindarinya. Bersyukur aku paling tidak suka membaca dan mendengarkan gosip. Baik acara-acara televisi maupun info-info di grup WA yang bahasannya tidak sejalan dengan apa yang sedang aku kerjakan. Termasuk info-info tidak berdasar tentang perkembangan covid-19. Semua info resmi saja yang aku baca, sehingga pikiran tidak mudah goyah.

Ciri kedelapan adalah tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan. Paling enak itu bikin alasannya adalah tidak punya waktu, sibuk, repot sama anak-anak atau repot sama cucu-cucu, saya sudah tua, saya tidak paham IT, dan sebagainya. Sekali lagi, fokus saja pada tujuan. Maka kita akan tahu apa yang harus kita lakukan. Satu persatu kita uraikan apa saja kegiatan yang bisa kita kerjakan sekarang, maka lakukanlah. Alasan-alasan hanya menghentikan produktivitas kita sebagai manusia berakal.

Ciri kesembilan adalah menggunakan Bahasa yang positif. Sering-seringlah menggunakan kata-kata bernada optimis. Baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, termasuk kepada para siswa kita. Ketika ada siswa kita yang kita katagorikan “malas”, maka pikiran kita adalah “pasti dia bertambah malas ya dengan adanya Belajar Dari Rumah seperti sekarang?” maka, itulah yang akan terjadi. Kita hanya memberi penilaian negatif dengan Bahasa negatif. Anak-anak yang kita sebut sebagai pemalas, akan semakin lari menjauh ketika kita terus menerus memberi kata-kata negatif. Maka, bangunlah terus pikiran positif kita dengan Bahasa positif, yaitu bernada optimis.

Ciri kesepuluh adalah menggunakan Bahasa tubuh yang positif. Ketika pola pikir kita sudah positif, akan lebih bagus jika intonasi suara bersahabat dan antusias, tampilan dalam melangkah tegap tidak gontai, senyum tulus, dan selalu ceria, akan menyebarkan aura bahagia, bernuansa positif dan akan menjadi teladan bagi teman-teman penerus kita kelak.

Ciri kesebelas adalah peduli pada citra diri. Jangan lupa loh, biarpun sudah masuk katagori senior atau dianggap umur tua, sebentar lagi pensiun kerja, kita harus tetap berusaha tampil baik, tidak hanya diluar saja tetapi juga didalam diri kita. Yakinlah bahwa orang-orang disekitar kita bisa merasakan keikhlasan hati yang ada didalam bagian jiwa kita yang terdalam.

Aku tersenyum selesai membaca bab ini. Semoga aku tetap bisa menjaga hati dan pikiranku menjadi positif hingga pensiunku yang sebenarnya di dunia ini.

Jakarta, 2 Agustus 2020

madhoeLibranagavenus

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pisanTerima kasih untuk bacaan bergizinya, Bu

02 Aug
Balas

Masya Allah, keren Bunda. Sangat kuat dan padat tulisan bunda ini. Barakallah...

03 Aug
Balas

Berpikir dan bertindak positifnya bu Devia juga warbyasah. Terima kasih kembali ...

03 Aug
Balas

terima kasih, ustadz... kisah ustadz juga selalu menginspirasi

03 Aug
Balas



search

New Post