madu ratnawati

Lahir di Prabumulih 1 Oktober 1964, dari bapak ibu asal Madura. Sejak kecil memang bercita-cita menjadi seorang guru dan tetap senang menjadi guru. Tidak pernah...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Sekarang Iwan yang Jadi Pemenangnya, Ya Bu!'

'Sekarang Iwan yang Jadi Pemenangnya, Ya Bu!'

Sedang asiknya bu guru Windu mengoreksi tugas anak-anak di google classroom, tiba-tiba bu guru tertarik membuka whatsapp, karena tertera nama Iwan. Ya Rilwando Ifanka, mantan murid bu guru Windu mengirimkan pesan. Iwan adalah siswa Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK yang telah lulus SMA dan kini tercatat sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri. Sebuah pencapaian prestasi yang luar biasa untuk seorang Iwan yang ABK, yang tidak pernah masuk dalam perhitungan para guru sekalipun.

Sudah cukup lama Iwan tidak mengirimkan pesan-pesannya. Dulu bu guru Windu menyebutnya sebagai pesan berantai, karena Iwan tidak cukup hanya satu atau dua kali mengirim pesan. Pesan-pesannya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan kali. Mengirim foto saja pernah sampai 99 buah. Tidak satupun dibuka dan dilihat bu guru WIndu karena Iwan sudah mendeskripsikan isi foto-fotonya duluan. Bagi Iwan, dia mendapatkan perhatian. Ada respon, dan mau melayani pertanyaan-pertanyaannya saja sudah cukup baginya. Tinggal bu guru Windu menata hatinya untuk selalu sabar dan ikhlas, karena terkadang Iwan memutus percakapan sepihak.

Ketika bu guru Windu bilang, “Sudah ya Iwan, bu guru mau siapkan makan siang dulu”

Maka Iwan menjawab, “Sebentar ibu. Masih ada yang mau Iwan tanyakan. Sebentar aja bu, boleh ya? Ya ya ya?” demikian ciri khas nya Iwan jika menyampaikan pesan-pesannya.

“Baiklah. Apa yang mau Iwan tanyakan?” nah mulai deh Iwan menanyakan banyak hal. Mulai dari sejarah berdirinya sekolah tempat ia belajar, hingga terkadang masalah-masalah pribadi bu guru, contohnya, “ibu Windu sekarang usianya berapa?”… masalahnya, setiap jawaban disampaikan, akan ada pertanyaan lanjutannya.

Saat bu guru Windu mulai menikmati percakapan “ringan” tersebut, tiba-tiba Iwan kirim pesannya, “Oiya bu, udah dulu ya. Iwan mau makan siang” ping! Selesai begitu saja tanpa basa basi lagi. Tinggal bu guru Windu terdiam menatap meja makannya yang masih kosong karena belum sempat menata meja, sedangkan diseberang sana, Iwan sedang menyantap ayam goreng kesukaannya.

Kini, setelah sekian bulan lamanya tidak lagi menerima pesan berantai Iwan, tiba-tiba saja ia muncul. Bu guru Windu sudah siap siaga menerima banyak pesan-pesan Iwan.

“Bu Windu, apa kabar?” demikian isi pesan pertamanya. Deg. Inikah Iwan? Tanya bu guru Windu di dalam hatinya. Heran. Biasanya, Iwan akan memulai percakapan dengan kalimat, “ooooh iyaaaaa,,,,,, bu Winduuuuuu”

Sambil bertanya-tanya sendiri, bu guru Windu membalas pesan Iwan, “Alhamdulillah, kabar baik, Iwan. Iwan sendiri bagaimana?”

Dijawablah dengan segera olehnya, “Baik, bu. Alhamdulillah”

Bu guru windu penasaran. Kali ini bu guru Windu yang bertanya, “Bagaimana kuliahnya, Iwan? Kamu bisa mengikuti dengan baik?”

Iwan pun menjawab, “Ya bu. Iwan sekarang kuliahnya on line. Teman-teman Iwan banyak. Iwan bisa kok bu mengikuti kuliah” lalu Iwan melanjutkan pesan-pesannya lagi, “Iwan seneng banget sudah menjadi mahasiswa, bu Windu. Menurut bu Windu gimana, senang atau enggak?” bertubi-tubi pesan Iwan masuk, “sekarang Iwan sudah punya teman-teman baru, bu Windu”

Setelah sedikit berbasa-basi, bu guru Windu bertanya, “Wan, apakah selama kamu sekolah, apakah ada hal yang tidak kamu sukai?”

Iwan menjawab segera, “tidak ada, bu. Memangnya kenapa bu?”

“ah, tidak apa-apa. Lalu adakah temanmu yang kamu sukai atau mungkin ada gurumu yang tidak kamu sukai karena seringnya menegurmu, misalnya?”

“tidak ada bu. Semua teman-teman Iwan baik. Guru-guru juga baik-baik semua kok” mungkin Iwan hanya sekadar menjawab, tapi bisa jadi itu yang Iwan pikirkan dan rasakan ya. Padahal banyak teman-temannya yang mengeluhkan sikap Iwan yang suka mengadukan suasana kelas atau nama-nama temannya yang dianggap Iwan sudah merundunginya. Sementara kenyataannya tidak satupun temannya yang melakukan apa yang Iwan sampaikan. Bahkan teman-temannya itulah yang banyak membantu Iwan menyelesaikan tugas-tugasnya. Demikian juga para guru yang selalu dikirimi pesan oleh Iwan bertubi-tubi, yang baginya itu hal biasa. Hingga akhirnya berbagai sikap diambil oleh para gurunya. Bagi yang sabar, akan dilayaninya, tetapi bagi yang tidak sabar dan menganggap sebagai sebuah gangguan, maka nomor HP Iwan akan diblokir. Iwan punya tiga nomor HP. Jadi jika satu nomor HP nya di blokir, dia akan gunakan nomor HP yang lainnya. Intinya, dia ingin mendapatkn perhatian.

“Baik bu, sudah dulu ya bu. Iwan mau istirahat dulu. Terima kasih ya bu” demikian pesan Iwan muncul lagi.

“Baik Iwan, salam ya buat ibumu”

Iwan pun membalas kembali, “Ya bu. Ok”

Bu guru Windu menghela nafas panjang. Itukah Iwan? Ada terbersit haru. Teringat saat Iwan dinyatakan lulus menjadi mahasiswa di PTN tersebut, Iwan berujar dalam pesannya, “Sekarang Iwan jadi pemenang ya bu?”

Bu guru Windu pernah berkata di dalam kelas, “Saat ini kalian adalah pejuang. Ya, pejuang masa depan. Harus kalian persiapkan sekarang, bukan nanti. Dalam berjuang, akan ada proses. Jika kalian sungguh-sungguh maka kalian akan keluar menjadi pemenangnya”. Iwan mendengarkan kata-kata bu guru Windu itu, dan ia tanamkan dalam pikirannya. Lalu ia ucapkan kembali disaat yang tepat.

Ya, Iwan boleh jadi menyandang status sebagai ABK. Entah katagori apa ABK nya, tetapi yang jelas, Iwan memang anak dengan berkebutuhan khusus, yaitu khusus mendapatkan perhatian. Buat bu Windu, semua anak adalah ABK. Anak-anak dengan kebutuhan khususnya sesuai dengan kondisinya masing-masing. tidak satupun yang tahu akan masa depan anak-anak didik ini. Tugas bu guru Windu adalah mendampingi dan memberi semangat serta kesempatan kepada mereka untuk berkembang menjadi manusia yang mandiri. Setiap anak terlahir membawa pesan yang berbeda sesuai keunikan dan potensinya masing-masing.

Iwan, anak ABK itu sekarang justru mengajarkan bu guru Windu artinya perhatian. Iwan memberikan perhatiannya kepada bu guru Windu, dari sapaan ringannya. Bukan sapaan hanya saat ia membutuhkan pertolongan atau keperluan lainnya, tetapi saat ia merasa perlu memberi perhatian. Ya, kali ini Iwan yang memberikan perhatiannya dan ucapan terima kasihnya dengan caranya.

Jakarta, 7 November 2020

MadhoeLibranagavenus

(kembali menulis)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post