Maesa mae

Guru Kewirausahaan di salah satu SMK di Jakarta yang ingin menuliskan banyak hal yang bermanfaat untuk ummat. Alumni Universitas Terbuka Jakarta dan UNMA Bante...

Selengkapnya
Navigasi Web

JURU SELAMAT SANG IDOLA

Pagi ini tak sengaja membuka WhatShapp, salah satu guru senior juga pemilik salah satu yayasan di Jakarta, beliau mengirimkan chat, dengan rasa ingin tahu dan penasaran pesan apa gerangan yang dikirim, ku bukalah pesan itu ternyata apa yang dikirim sangat mengejutkan dan menampar keyakinanku selama ini. bergejolaklah dada ini, benarkah aku mengimaninya? benarkah aku mencintainya? benarkah aku mengikutinya? aaah dengan beribu pertanyaan dibatinku semakin tak menentu sehingga inilah yang terjadi.

Tulisan ini yang membuat hati tergugah berbuat sesuatu:

"AKU BUKAN MENDEWAKAN BELIAU TAPI KARENA AKU INGIN BERSAMA KAKEKNYA NANTI ..AAMIIN YA RABBAL AALAMIIN"

Renungan akhir Pekan

(Ustad Fadlan Gramatan)

Ayah Bunda saudara saudariku yang kucintai karena Allah.

Kuingin mengajak Ayah Bunda baca dan resapi.

IBADAH YANG SIA SIA

"Dikisahkan pada zaman dahulu, ada seorang Syarifah (cucu Rasulullah shallallahu alaiihiwasallam), dari kalangan Sa'adah Ba'alawiyin. Ia telah lama menjanda bersama anak anaknya.

Setelah ditinggal wafat suaminya, Syarifah terpaksa menjual rumahnya.

Kian hari kehidupan ekonomi sang janda miskin itu makin sulit mendapatkan penghasilan. Sehingga ia dan anak anaknya yang masih kecil terusir dari rumah sewaannya. Syarifah tak tahu harus pergi ke mana meminta pertolongan.

"Di sana ada seorang ulama besar dan sekaligus mufti terkemuka," saran seorang tetangga.

Maka Syarifah mendatangi ulama mufti itu. Sekadar meminta izin bertempat tinggal sementara di rumahnya yang besar.

Lantas mufti itu berkata,

"Apa bukti engkau keturunan Rasulullah?"

Syarifah tdk bisa berkata apa apa.

Maklum pada masa itu, belum ada lembaga Rabithah Alawiyyin yang mengeluarkan semacam paspor, melegitimasi seseorang benar Syarif atau Syarifah. Keturunan Sayyidina Hasan atau Husain, cucu Rasulullah SAW.

Syarifah terdiam tak mampu meyakinkan sang Ulama. Sayang sekali Ulama enggan membantu Syarifah bahkan mengusirnya dan anak anaknya.

Pada malam harinya, Ulama bermimpi akan memasuki Surga.

Dia menyaksikan istana megah yang sungguh sangat indah.

Sang Mufti berharap bisa memasukinya.

Saat ia melangkah ingin memasukinya, ada seseorg yg menahannya.

Oleh penjaganya, Ulama itu ditarik paksa keluar agar menjauhi istana itu.

Sang penjaga berkata,

"Engkau harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Rasulullah SAW!"

Sang ulama segera mendatangi Rasulullah yang berdiri tak jauh dari tempatnya dan bertanya,

"Duhai Rasulullah, aku fulan bin fulan.

Dulu aku sewaktu di dunia mencintaimu, banyak bersalawat padamu.

Mengapa aku tak diizinkan memasuki istana yang indah itu? Akuilah aku sebagai umatmu, berilah aku syafaatmu!"

Lantas dijawab oleh Rasulullah,

"Mana bukti engkau umatku?!"

Ulama terdiam tak mampu membuktikan apa apa.

"Mengapa saat datang keturunanku meminta perlindungan padamu, engkau masih mempertanyakan dan meminta bukti?"

"Engkau katakan cinta padaku, namun kau memusuhi anak dzuriat keturunanku. Engkau membela mereka yang memusuhi anak cucuku. Tak ada cinta bagi mereka yang tidak mencintai keturunanku!"

Sang Ulama terbangun. Ia menangis sejadi-jadinya.

Ia sangat menyesal mengabaikan janda Syarifah miskin beserta anak anaknya yang sekedar meminta pertolongan.

Esok harinya, Ulama itu pergi mencarinya.

Berhari-hari ia mencari sang Syarifah, bertanya ke sana ke mari. Hingga didapatlah kabar Sekarang Syarifah telah mendapatkan tempat tinggal, di rumah seorang tokoh pemuka Yahudi.

Sang Ulama mengatakan, "Serahkan Syarifah yang tinggal di rumahmu itu padaku, biar aku saja yang menampungnya."

Namun, sang pemuka Yahudi menolak menyerahkan Syarifah dan anak anaknya. Bahkan tokoh Yahudi telah memberikan separuh bagian rumahnya, untuk ditinggali selamanya oleh Syarifah dan anaknya.

Sang Ulama terheran heran.

Mengapa pemuka Yahudi itu begitu keukeuh mempertahankan Syarifah?

Apa untungnya baginya?

Bukankah dia dan Syarifah itu berbeda agama? Pikir sang Ulama.

Sang tokoh Yahudi mengatakan, "Wahai Ulama, dulu aku tidak percaya pada Nabi kalian, Muhammad. Tapi tadi malam ia datang menemuiku dan mengucapkan terima kasih atas bantuanku menolong anak cucunya yang sedang dalam kesusahan...."

"Nabi kalian Muhammad telah memberikan jatah istana indah di surga itu padaku. Maka saksikanlah, aku berikrar. Asyhadu alla ilaahaillallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.

Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah …"
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutkan

30 Nov
Balas



search

New Post