Anakku Tidak Mau Tidur Denganku
Masih ingat di tulisan sebelumnya, tentang keinginan anakku ketika pulang dari pondok? Dia ingin bed di kamarnya diganti dengan bed yang lebih kecil, ukuran single. Selain ingin ada tambahan space yang lebih luas di kamarnya yang kecil, dia juga inginkan privasi. Dia ingin tidur sendiri.
Itu artinya, dia tidak ingin aku tidur menemaninya. Memang selama dia mondok, pulangnya pasti dia kutemani tidur. Istilah Jawanya ngeloni. Aku merasa waktu bersamanya berkurang banyak, tau-tau sudah menginjak SMP dan memilih untuk mondok/boarding. Jiwanya memang sudah mandiri dari SD. Sejak kelas 3 semester genap dia kudidik tidur sendiri.
"Ibuk, temenin aku tidur dulu. Nanti kalau aku sudah tidur, ibu boleh pindah ke kamar apak (bapak, red)," pintanya sewaktu pertama belajar tidur sendiri. Aku pun menemaninya tidur di kamarnya sampai dia tertidur baru aku pindah kamar. Terkadang aku ikut ketiduran, sampai pagi. Tidak jadi pindah kamar, Hehehe.
Begitulah, tahun demi tahun berlalu, anakku sampai sekarang sudah mandiri. Mulai dari tidur di kamarnya sendiri, sampai packing tas sekolah (perlengkapan sekolah yang perlu dimasukkan ke tas sekolah) sendiri. Menginjak SMP dan dia memilih untuk mondok, mulailah diriku yang bermasalah. Aku menjadi sering ngeloni dia. Sebenarnya aku tau kalau anakku itu tidak mau ditemani, dia ingin ada privasi. Namun aku tidak peduli. Entah kenapa aku begitu egois sebagai orang tua. Ada perasaan waktu selalu tak cukup. Anak akan kembali ke pondok. Aku tidak punya banyak waktu. Senin sampai Jumat sudah kutinggal kerja seharian. Waktuku dengannya hanya di sore sampai menjelang malam sebelum tidur. Makanya kumanfaatkan aku menemaninya di tidurnya.
Akhirnya bed-nya pun datang. Anakku diantar bapaknya ke toko interior untuk memilih bed yang diinginkannya. Spring bed ukuran single 120x200 yang dipilihnya. Sewaktu pulang kerja aku sudah mendapati rumahku tambah sempit, karena ruang depan dipenuhi bed anakku biasa pakai. Ternyata sudah ada yang baru di kamarnya. Aku senang dia mendapatkan kasur yang diinginkan. Tambah senang dia mendapat bonus rak buku kecil 2 kotak. Dengan semangat dia menata buku-buku terbaru yang kemarin dia beli di Gramedia sewaktu penjemputan pulang.
Malamnya menjelang waktu tidur dia berlagak menelentangkan badannya, isyarat kalau kasurnya tidak muat untuk berdua. Ah anakku. Mau tidak mau aku merelakan dia tidur sendiri. Ada perasaan sedih sebenarnya harus berpisah tidur dengannya. Namun bagaimana lagi, aku harus rela demi kebaikannya. Lebay-nya diriku, hahaha. Dan paginya aku dikejutkan oleh anakku yang bangunnya lebih pagi dari diriku. Sebelum subuh dia sudah bangun.
"Tuh kan Buk, kalau aku tidur sendiri aku bisa bangun lebih pagi. Ibuk kan mengeluhkan aku bangun kesiangan. Nih ternyata di rumah aku bisa bangun lebih pagi kalau tidur sendiri," ucap anakku dengan nada bangga. Tidak banyak bicara dia, namun dia tunjukkan dengan keputusan yang tepat, dengan tidur sendiri tanpa kutemani. Aku pun bersyukur. Ternyata ada hikmah dibaliknya. Allah menunjukkan padaku kalau anak sudah besar, keinginannya untuk tidur sendiri aku sebagai orang tua harus menghormati.
"Maafkan aku ya Allah, sudah egois terhadap anakku. Aku menuruti hawa nafsuku sebagai seorang ibu yang baru mempunyai satu anak yang sudah ABG. Tolong kuatkan aku ya Allah," batinku seraya berdoa.
Pelajaran untuk orang tua khususnya ibu yang masih memiliki anak yang masih kecil, yang maunya nempel dengan ibunya, nikmatilah. Masa-masa itu ternyata tidaklah lama. Anak merengek, merajuk minta ditemani ibunya, minta disuapi, minta dikelonin, ternyata itu hanya sementara. Jika anak sudah mau mandiri, gantian Ibu yang merengek mau menemani anaknya. Dan itu sudah tidak bisa. Si anak sudah tidak mau ditemani, ditungguin. Jadi nikmatilah masa-masa itu.
Ungaran, 30 Desember 2021
Meisa
#gbmkabsemarang
#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar