Bersepeda Listrik
Membaca berita tentang pengembangan teknologi listrik untuk mobil nasional, ingatanku tertuju pada sepeda listrikku. Dulu sekitar tahun 2015-2018 akhir aku memakai sepeda listrik untuk kemana-mana, terutama pergi ke kantor tiap hari. Belanja di swalayan Ramai depan pasar Ungaran pun memakai sepeda listrik. Benar-benar sangat membantu diriku untuk mandiri, tidak tergantung pada suami. Sangat irit juga. Pernah aku memperhatikan biaya listrikku. Untuk penggunaan yang sama, atau hampir sama, sebelum dan sesudah memakai sepeda listrik hanya mengalami kenaikan sekitar Rp 10.000; saja. Irit kan? Bayangkan jika aku memakai ojek. Sudah save berapa rupiah itu.
Keuntungan memakai sepeda listrik selain irit juga ramah lingkungan. Bayangkan tidak ada gas emisi yang dikeluarkan dari sepeda listrik. Ya iyalah, kan menggunakan listrik. Mana ada gas yang dibuang? Hehe. Karena tidak ada gas buang dari kendaraan ini maka udara jadi lebih bersih. Coba kalau semua memakai kendaraan listrik, sepeda listrik, mobil listrik, pasti bumi akan bersih dari polusi udara. Semoga saja teknologi kendaraan listrik segera terwujud, aamiin.
Sepeda listrikku ini punya kekurangan, dia tidak bisa jauh-jauh perjalanannya, bisa habis di tengah jalan baterainya jika aku paksakan berjalan jauh. Kalau sudah berkurang baterainya kecepatan otomatis berkurang. Jadi harus dibantu mengayuh pedalnya. 'Ngonthel' bahasa Jawa gaulnya. Membantu mengayuh kalau jalannya datar enak sekali, olahraga tipis-tipis lah. Sayangnya kontur daerah sekitarku tidak datar semua. Ada beberapa tanjakan dan turunan. Jika tanjakan, aku harus membantu dengan mengayuh, meski baterai full. Kalau tanjakannya tajam, harus turun dari sepeda dan menuntunnya. Nah dari tempat tinggalku sampai ke kantor semua medan ada. Tanjakan landai, tanjakan tajam, ada. Jadi aku pun harus membantu mengayuh dan menuntun sepeda listrikku. Enaknya kalau pulang kerja, kebalikan dari tanjakan. Aku bisa 'nggelondor' dengan asik, karena turunan terus jalannya.
Kekurangan selanjutnya, yang namanya baterai di-charging pasti ada penurunan kapasitas daya. Atau lama-lama aus. Seperti baterai hape, lama kelamaan dipakai pasti mengalami penurunan daya. Dulu waktu pertama sepeda listrikku masih baru, sekali charging full bisa untuk ke kantor 5 hari. Jadi pas seminggu ke kantor (kantorku 5 hari kerja). Senin sudah full lagi baterainya. Namun lama-lama menjadi berkurang, menjadi 4 hari. Pernah baru 3 hari sudah ku-cas lagi (bahasa mudahnya charging atau isi ulang baterai) karena esoknya harus kubawa ke kantor yang lebih jauh, yaitu PP Paud dan Dikmas acara pelatihan. Jadi supaya bisa kupakai pergi dan pulang dengan lancar tanpa kehabisan baterai, maka dari rumah harus ku-cas penuh.
Ternyata ada hikmah besar bagiku dengan adanya sepeda listrik. Aku jadi lebih percaya diri di jalan raya. Semua kendaraan melihatku dengan takjub. Bahkan waktu berhenti di lampu merah ada yg nyeletuk, wuihh sangar ik sepedane mlaku dewe ora dionthel (wah keren sepedanya jalan sendiri tidak dikayuh). Apa tidak bikin senang dan bangga diriku memakai sepeda listrik? Mentalku terbentuk menjadi lebih berani di jalan. Ini sangat berguna karena sekarang ini aku bisa mengendarai sepeda motor langsung bisa tanpa belajar dulu. Karena sudah punya mental sewaktu memakai sepeda listrik, maka aku tidak sungkan-sungkan melaju di jalan raya.
Ah kangen dengan sepeda listrikku yang rusak kini. Sudah berusaha memperbaikinya berkali-kali. Sempat konslet perlistrikan-nya sehingga stang gas kurang berfungsi dengan baik. Jadi sepedaku melaju sendiri tanpa digas. Untungnya begitu di rem bisa berhenti. Itu bisa diperbaiki. Lalu baterai yang lemot istilahnya, sudah kuganti dengan baterai baru. Cas-nya pun sudah diganti baru. Terakhir hanya masalah spare part yang belum ada gantinya. Bentuknya kecil dan kalau ada, harganya tidak mahal, kurang dari dua puluh ribu rupiah kata teman kantorku. Sayangnya sampai saat ini belum ada spare part itu. Tanpa spare part itu sepeda listrikku tidak bisa dipakai. Akhirnya sepeda listrikku mangkrak di bengkel adik kelasku.
Banyak yang naksir sepeda listrikku. Namun aku pun cinta padanya, sehingga masih kuharap dia bisa menemaniku lagi sekedar jalan-jalan santai menikmati sore yang indah di jalan sekitar sawah dan sungai dekat rumahku.
GBM, 31 Oktober 2021
Meisa
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aku juga pingin sayang nggak bisa buat nglajo semarang ambarawa
Lha itu Bu.. hehe..Nunggu mobil listrik nanti ya Bu.
Ulasan yang sangat keren bu Retno salam kenal ijin follow dan follow back ya terima kasih
Maturnuwun Pak , sudah saya follow.