Suami pergi ke Yogyakarta bersama rombongan pegawai dan guru sekolahnya. Aku dan Lila ditinggal di rumah. Hal pertama yang tercetus di pikiranku adalah renang. Aku mulai memberanikan diri berenang di kolam renang publik 2 bulan terakhir ini. Setiap Sabtu pagi aku dan suami pergi berenang. Tidak sekedar refreshing, tapi karena aku punya asma. Dan akhir-akhir ini sering kambuh. Kata orang olah raga yang cocok salah satunya termasuk berenang. Baru jalan 4 kali sih, namun sisanya aku haid dan yang terakhir ini aku dan suami jatuh dari motor (ada di tulisanku sebelumnya: Ke Purwodadi).

"Nduk, kamu mau berenang nggak pagi ini?" tanyaku pada Lila. Anak semata wayangku itu berbinar. Olah raga favoritnya.

"Emang sudah boleh berenang?" tanyanya setengah tidak percaya.

"Untuk sekarang sudah longgar sih aturannya. Tapi ya harus tetap waspada. Bapak dan Ibu udah beberapa kali berenang," jawabku.

"Hore mauuu," soraknya.

" Ya sana sudah siap-siap. Kamu pakai baju renang ibu," kataku. Terakhir Lila berenang itu sebelum kelas 6 SD sebelum Pandemi. Dua tahun lebih. Dipastikan baju renang miliknya sudah tidak muat.

Aku pun mencarikan baju renangku yang lain. Ketemu di lipatan baju kotak almari baju paling bawah. Lama nian tidak kupakai, karena aku beli baju renang yang baru, jilbab penutup kepalanya lebih besar menutup dada. Sedang yang lama itu tidak sampai menutup dada. Lila memodifikasi dengan memakai jilbab biasa sehari-hari.

Ada momen lucu. Anakku yang lama tidak berenang dan sudah 2 tahun di sekolah sekaligus mondok, dia terbiasa memakai kaos kaki.

"Buk, ada kaos kaki nggak?" tanyanya.

"Ada to, punyamu ada yang kamu tinggal di rumah," jawabku.

"Oke. Dua pasang ada kan?" dia kembali bertanya.

"Hah, dua pasang? Untuk apa?"

"Ya buat ganti nanti habis berenang kan," kata Lila santai.

"Lho emang kamu berenang mau pake kaos kaki?" kataku setengah tertawa. Baru kali ini aku mendengar berenang memakai kaos kaki. Duh anakku, salehah-ku. Lila pun cengar-cengir.

Selesai mempersiapkan segala sesuatunya kami pun berangkat menuju kolam renang. Di kotaku Ungaran ini, ada beberapa kolam renang umum. Dan rata-rata menggunakan sumber air pegunungan yang terus menerus mengalir. Ungaran memang letaknya di kaki gunung Ungaran, jadi banyak ditemukan sumber-sumber air pegunungan. Jadi air kolam renangnya menyegarkan, rata-rata tidak dicampur kaporit.

Sebelum ke kolam renang, kami mampir dulu di konter hape untuk mengecek hape si Lila yang tidak bisa dilihat masa aktifnya. Selama di pondok hapenya ditinggal di rumah, dan tidak pernah kucek. Dan ternyata mas di konter bilang bahwa kartunya sudah hangus alias tidak bisa dipakai lagi. Akhirnya mau tidak mau harus ganti nomor perdana.

Oya ada tips dari mas di konter. Hape anakku sempat error di bagian volume, naik turun tidak terkendali. Ini dikarenakan hape lembab tersimpan lama berbulan-bulan. Untung tidak sampai konslet hapenya yang membuat hape matot atau mati total. Jadi tips dari mas konter, hape tetap dinyalakan meski tidak terpakai, supaya mesin tetap jalan dan menjadi hangat gadgetnya. Sehingga lembabnya pergi. Tips yang sangat bermanfaat bagiku. Karena aku hanya tau kalau hape atau laptop yang tidak dipakai lebih dari sebulan sebaiknya dilepas baterainya. Ternyata tidak hanya itu, lebih baik gadget tetap dinyalakan, dan di-charge jika baterai hampir habis.

Ungaran, 18 Desember 2021

Meisa

#gbmkabsemarang

#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm