Ke Perpustakaan Daerah
Liburan yang tidak sempurna, namun dibuat happy. Itulah anakku. Namun dilema buatku. Bagaimana tidak. Anak mau pulang dari pondok sangat dinanti-nanti, hari aja sampai dihitung, diangan-angan. Ketemu pertama kali dengan anak, senangnya minta ampun. Inginnya dipeluk tak dilepas-lepas. Namun begitu hari kerja datang, ditinggal lah dia di rumah. Ya Allah, aku harus bagaimana. Bergemuruh dada ini. Inginku ikut juga liburan di rumah. Namun apa daya, aku adalah ASN pamong belajar, jam kerja seperti biasanya. Berangkat jam 07.15 pulang jam 15.30 WIB. Kalau mau libur, ambil cuti. Itupun sekarang tidak boleh. Surat Edaran Kadinas melarang untuk mengambil cuti di liburan dari Natal sampai tahun baru. Ditambah suami juga libur, cuma piket saja seminggu satu hari berangkat ke sekolah. Bikin iri. Dinikmati sajalah.
Kebetulan hari ini suami membagi raport siswa. Berangkatlah ke sekolah.
"Mbak Lila mau kemana nih? Ke rumah teman, ikut ibu, atau ikut bapak?" tanyaku pagi ini.
"Ke perpustakaan daerah saja, sekalian ambil kartu perpus yang belum diambil," jawabnya.
"Oke. Tapi ini ibu berangkat kantor dulu aja, soalnya kalau nunggu kamu mandi kelamaan ibu nanti terlambat. Kamu di rumah dulu beres-beres. Katanya kamu mau nyuci bajumu bawaan dari pondok, kan? Kalau sudah beres, nanti WA ibu. Ibu bisa ijin sebentar pulang trus nganter kamu ke perpus," jelasku. Jarak rumah dengan kantor hanya 10-15 menit mengendarai sepeda motor.
"Oke," jawab anakku singkat. Aku pun berangkat ke kantor, SKB Ungaran. Meninggalkan suami yang bersiap-siap berangkat juga, dan anak yang belum mandi.
Sekitar jam 9 kubuka hapeku yang selalu ku-silent. Ada pesan masuk baru saja. Anakku memberi tahu kalau dia sudah selesai nyuci dan mandi, siap dijemput ke perpus. Alu pun mengiyakan, setelah beberapa pekerjaan kuselesaikan dahulu. Beberapa saat kemudian setelah selesai beberapa pekerjaan, aku minta ijin Kepalaku untuk menjemput dan mengantar anakku ke perpusda.
Aku segera meluncur pulang. Oya, perpusda berada di alun-alun lama kota Ungaran yang setiap hari kulewati setiap berangkat dan pulang bekerja. Jadi memang dekat dari rumah. Namun aku tidak merelakan anak semata wayangku keluar rumah berjalan sendirian ke perpusda. Jalanan yang ramai lalu lalang kendaraan menyebabkan aku tidak bisa mengijinkan anakku berjalan sendirian. Kalau main ke rumah teman sekolahnya dulu di SD, yang sekampung, bolehlah. Lebih aman dia.
Sesampainya di perpusda, dia minta ditemani dulu untuk mengambil kartu perpus ke petugas. Petugas jaga perpustakaan daerah kabupaten Semarang hampir semua kenal baik. Saking seringnya dulu berkunjung ke perpusda, sampai muka kami dikenal. Dari sejak anakku PAUD sudah kenal perpustakaan daerah. Kalau aku sendiri malah sejak aku kuliah S1 sudah pernah berkunjung ke perpusda Ungaran ini. Padahal dulu aku anak kota Semarang, ke kabupaten Semarang karena aku diajak teman yang rumahnya disini. Lagian perpusda ini lebih dekat daripada ke perpustakaan kota Semarang. Karena memang tempat tinggalku di pinggiran kota Semarang, yang aksesnya justru lebih dekat ke Kabupaten Semarang.
"Buk, aku ditemenin ambil kartu perpus dulu ya. Habis itu aku baru boleh ditinggal," kata anakku.
"Walah, ya ambil sendiri ke petugasnya to Nduk. Kan sudah ibu WA budhe Ida, mau ambil kartu. Nanti tinggal tanya saja, udah disiapkan," kataku. Budhe Ida aku memanggilkan untuk anakku supaya kalau bertemu dia bisa 'boso' sebagai anak orang Jawa, karena mbak Ida ini umumnya lebih tua dariku. Mbak Ida adalah salah satu petugas perpusda yang sangat kukenal dan yang kupunya nomor WA-nya.
"Nggak mau, ditemenin ibu dulu aja," pinta anakku. Aku tak tega akhirnya mengiyakan.
Di pintu masuk perpusda ada yang baru, kami harus scan barcode di aplikasi peduli lindungi, aplikasi sejak adanya Pandemi. Barulah bisa naik ke lantai 2 tempat buku-buku berada. Aku ketemu dengan mbak Ida, dan benar saja, beliau langsung menyodorkan kartu perpus anakku. Kulihat wajah berbinar anakku begitu menerima kartu perpusnya yang baru (kartu lama dia sudah tidak terbaca). Aku pun ngobrol sebentar setelah hampir 2 tahun tidak ketemu, karena perpus ditutup untuk umum atau setelah agak longgar memperbolehkan pengunjung ke perpus hanya untuk peminjaman dan pengembalian buku, tidak boleh baca di tempat selama pandemi. Baru beberapa minggu ini mulai dibuka layanan baca di tempat. Tentunya sesuai prokes.
Setelah dirasa cukup, aku berpamitan harus kembali ke kantor. Kulihat anakku sudah konsentrasi membaca buku. Betapa senangnya dia bisa ke perpustakaan membaca buku di tempat.
"Buk, Buk.. disini banyak novel-novel baru dari Tere Liye. Ada Andrea Hirata juga. Sebagian sudah pernah kubaca, tapi banyak yang belum," sahut anakku dengan semangatnya.
"Iya to. Asik dong. Ibu balik kantor dulu ya. Nanti apak pulang dari sekolah jam 1 kamu biar dijemput apak. Oke??!" Kataku, disambut tangan anakku membentuk huruf 'O' dengan menyatukan ibu jari dan jari telunjuk.
Kalau tidak dibatasi waktu dan dijemput bapaknya, itu anak pasti masih kerasan sampai sore. Tentunya membaca buku-buku di perpusda. Alhamdulillah aku dikaruniai anak suka membaca, dan daya bacanya sangat bagus. Pernah di sekolah SD nya dulu diajari cara membaca cepat. Sampai sekarang keterampilan membaca cepat itu semakin terasah. Dulu sewaktu anakku kelas 3 SD mulai langganan majalah Bobo untuknya. Padahal Bobo itu majalah anak-anak seminggu sekali. Nah jangankan seminggu, baru saja dia terima majalahnya, sejam sudah hatam. Jadi dia butuh tambahan buku-buku untuk dibaca. Nah perpustakaan lah solusinya. Aku tak perlu susah-susah beli buku bacaan untuknya, cukup ke perpustakaan, surga dunia anakku.
Ungaran, 20 Desember 2021
meisa
#gbmkabsemarang
#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar