Ke Purwodadi
Weekend minggu pertama tiap bulan adalah pulkam alias pulang kampung ke Purwodadi. Kali ini ada misi lain, selain birrul walidain. Yaitu menukar sepeda motor.
Sepeda motor Astrea Grand sudah menemani kami, khususnya suami sejak dia SMA. Berarti sejak tahun 1994 sampai sekarang 2021. Meski tua, tapi sepeda motor ini sangat terawat. Si Grand menemani suami dari masih jomblo sampai memiliki anak SMP, 27 tahun!
Si Grand akan dimusiumkan di rumah Purwodadi yang tempatnya luas, tidak seperti di rumahku Ungaran yang mungil. Tidak akan muat untuk ditempati sepeda motor tiga biji.
Selesai dari kantor sebagai model creambath di kursus Tata Kecantikan Rambut aku segera pulang untuk bersiap-siap berangkat ke Purwodadi. Namun karena nanggung mau masuk waktu dhuhur maka sepakat untuk berangkat selesai sholat dhuhur. Namun ternyata suami mau istirahat dulu sehabis mengurus burung-burung peliharaannya. Praktis keluar dari rumah sekitar jam dua siang.
Di sepanjang perjalanan kami membicarakan betapa memorable-nya si Grand ini. Banyak kota dirambahnya. Jogja, Kebumen, Temanggung, Solo, Sukoharjo, Sragen, Pati, Kudus, Pekalongan, Batang, Pemalang, Kendal. Purwodadi dan Semarang pastinya perjalanan rutin si Grand.
Masuk ke gerbang Kecamatan Tegowanu, hujan mulai turun. Kami mencari tempat berteduh. Alhamdulillah mendapatkan mushola sehingga bisa sekalian sholat Ashar. Hujan semakin deras. Kami ngobrol-ngobrol ringan sambil menunggu hujan mereda. Karena sudah setengah jam tidak mereda, kami memutuskan berangkat melanjutkan perjalanan. Jas hujan pun dipakai, dan berangkatlah kami.
Ternyata hujan merata. Sejauh mata memandang hamparan luas sawah diterpa hujan deras. Langit pun sama warnanya, abu-abu. Gelap. Suara hujan menghalangi kami ngobrol. Maka kami membuat acara sendiri selama perjalanan. Aku berdzikir, dan doa. Sayup-sayup kudengar suami membaca surat-surat Al-Qur'an.
Perjalanan sampai di daerah Godong perbatasan mau sampai ke Penawangan, jalanan mulai tidak rata, berlubang yang tidak terlihat tertutup air hujan. Entah kenapa ada lubang cukup besar, suami tidak bisa menghindari lubang itu. Reflek suami mengerem. Namun yang terjadi malah sepeda slip dan terbanting ke kiri. Kejadian begitu cepat, yang kusadari aku sudah berada di bawah tanah di samping aspal jalan. Aku masih sadar, hanya bingung dengan apa yang terjadi. Suamiku sambil kepayahan menghampiriku dan membantuku bangun. Sepertinya ada orang lain juga yang membantu menegakkan sepeda.
Setelah kesadaran sudah penuh kulihat kepala sepeda motor pecah, kaca spion yang kiri lepas, dan beberapa bagian retak.
Begitu selesai menata diri, perjalanan kami lanjutkan. Tentu saja sambil menahan perih luka-luka yang terkena air hujan selama di jalan. Tiba-tiba aku merasakan berat dalam mengambil nafas. Kucoba menenangkan diri. Mungkin karena kaget kejadian jatuh tadi dan aku punya asma. Sepanjang jalan aku banyak berdzikir dan mencoba menarik nafas panjang terus menerus.
Alhamdulillah sampai juga di rumah Purwodadi waktu Maghrib. Selesai bersih-bersih diri, kami merasa lebih tenang. Dan kulihat luka-luka di suamiku lebih banyak dariku. Suamiku malah menghawatirkan aku. Berkali-kali dia meminta maaf padaku. Baru kali ini selama belasan tahun dia membuatku kecelakaan. Suamiku memang orang yang sangat berhati-hati dalam menjagaku dan juga anaknya.
Rasa syukur kami tak terhingga karena Allah masih memberi kesempatan hidup. Kuingat tadi di jalan depan dan belakang kami cukup banyak truk-truk besar. Untunglah kami selamat.
Semangat Desember Ceria
Ungaran 5 Desember 2021
Meisa
#tantanganharike5
#gbmkabsemarang
#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jenengan menyebut nama Kecamatan Penawangan, Godong, dan Tegowanu mengingatkan kenangan masa lalu. Perjalanan naik bus dari Purwodadi ke Terminal Pedurungan untuk mencari pengalaman di Semarang.
MasyaAlloh Pak Darwoto...sehat selalu nggih.