Retno Dwi Maezaroh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kejujuran, Dimana Kau?

“Dek, mau dibelikan makan malam apa?” tanyaku pada adik iparku yang sedang melipat baju. Kebetulan adik iparku sedang ada acara di Ungaran. Ada acara dengan teman-temannya di sini katanya. Adik iparku menginap semalam di rumahku, esoknya dia baru akan pulang ke Purwodadi.

“Ingin capjay mbak. Warung yang biasanya itu masih jualan nggak?” pintanya.

“Masih jualan, Dek. Tapi nggak tahu ini buka atau tidak. Kadang jam segini sudah habis,” kataku.

“Oya sudah, kalau tutup tempat lain juga tidak apa-apa,” jawab adik.

Sehabis sholat keluarlah aku dan suami ke tempat yang menjual capjay langganan. Benar saja, warungnya sudah tutup. Lalu kami mencari warung lain yang menjual capjay. Ketemu sebuah warung di dekat terminal. Sayang kami harus mengantri 6 orang. Sambil menunggu, suami mengambil kerupuk untuk makan di tempat. Kulihat pembeli lain mulai berdatangan. Menambah sesak ruangan. Aku dan suami memutuskan untuk menunggu di luar ruangan. Menghindari kerumunan. Tidak boleh lupa ini masih masa pandemi.

Akhirnya pesananku selesai dibuatkan. Aku segera membayarnya dan pulang. Tidak ada perasaan mengganjal. Sesampainya di rumah, segera kuminta semua untuk makan bersama. Sambil ngobrol ringan kita makan capjay dengan nasi.

“Duh..!!” tiba-tiba aku teringat sesuatu hal penting. Hampir saja aku tersedak.

“Kenapa, mbak?” tanya adikku.

“Minum dulu ini,” tambah suamiku sambil menyodorkan segelas air putih. Setelah longgar aku bisa bicara.

“Cin, tadi kita makan kerupuk kan pas di warung? Itu belum kubayar. Kelupaan,” kataku.

“Lhooo...kok bisa?? Ya sudah tak kesana sekarang untuk membayar.” kata suamiku terkejut juga.

“Ya nanti to, ini makannya nanggung dihabiskan dulu,”saran adikku.

“Iya benar, Cin. Selesaikan makanannya dulu nanti kita keluar lagi,” kataku.

Selesai makan dan beres-beres tempat makan, aku dan suami segera keluar lagi untuk membayar kerupuk yang kami makan tadi. Rasa bersalahnya mengganjal selama perjalanan.

“Bu, maaf saya tadi yang beli capjay di sini. Mohon maaf tadi kami ambil kerupuk satu belum masuk hitungan tadi. Ini saya mau bayar Bu,” Kataku sambil melihat raut muka bengong si Ibu dan Bapak penjual capjay. Setelah menyelesaikan perkataanku, mereka berdua tersenyum-senyum.

“Oalah mbak, saya kira ada yang salah di masakan kami. Jane tidak apa-apa, wong cuma kerupuk. Udah nggak usah bayar mbak,” kata si Ibu tersenyum.

“Ya nggak gitu Bu, saya harus membayar harga kerupuk yang saya makan. Ini Bu. Maaf lho Bu,” sambil menyodorkan selembar uang.

“Masyaallah. Kok masih ada orang jujur ya Pak,” kata si Ibu kepada si Bapak. Kemudian si Ibu menyodorkan kembalian uang kepadaku.

Aku terperangah. Kenapa si Ibu bilang begitu? Bukankah saya sudah melakukan hal yang tidak terpuji? Bukankah saya memang seharusnya segera membayar kekurangan yang kumakan, dan meminta maaf? Dengan si Ibu berkata seperti itu, memang adakah orang tidak membayar apa yang dia makan? Miris sekali kalau begitu. Untuk hal yang normal, ini malah menjadi tidak normal. Apa iya, di negeri yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, malah kejujuran itu sendiri langka? Ahh kejujuran, dimanakah kau kini?

GBM, 30 September 2021

Maisa

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!

30 Sep
Balas

Sikap jujur jika diterapkan akan membuat jiwa tenang dan damai. Salam literasi.

30 Sep
Balas

Betul sekali, mom... matur nuwun wejangannya.

30 Sep

Betul sekali, mom... matur nuwun wejangannya.

30 Sep

Betul sekali, mom... matur nuwun wejangannya.

30 Sep

Terima kasih pak. Salam literasi.

30 Sep
Balas



search

New Post