Minat Baca Tinggi, Daya Baca Rendah
Itulah aku. Kusuka buku, itulah hartaku. Di rumah tidak ada harta benda yang sebanyak buku. Almari pakaianku pun tak sebesar almari bukuku. Buku pelajaran dari kuliah masih ada sampai saat ini. Aku dan suami sepakat untuk tidak menyortir buku-buku lama kenangan semasa kami kuliah. Sayangnya untuk buku-buku semasa SD sampai SMA aku tidak ada jejaknya. Itu karena buku-buku tersebut berada di rumah orang tua dan tidak ada perawatan. Akhirnya buku tersebut dimakan rayap dan dibuang karena tidak utuh dan rusak. Di keluargaku, buku bukan barang berharga, jadi tidak perlu diawet-awet istilahnya. Hanya sebagai bacaan sepintas saja. Yang kuingat orang tuaku sempat berlangganan koran saja, dibaca dan selesai dijadikan bungkus makanan dan pakaian, untuk alas di dalam almari baju, atau kalau lumayan banyak dijual ditukar dengan kerupuk waktu itu.
Aku ikut-ikutan membaca koran sebatas yang kusuka saja yaitu cerita bergambar di sudut kecil koran tersebut. Cerita tentang keseharian Pak Bei kalau tidak salah. Aku suka karena tulisannya disertai gambar, tidak melulu tulisan saja. Entah kenapa sejak saat itu aku suka cerita bergambar. Apa mungkin dari usia masih sangat kecil setiap mau tidur aku diceritakan dongeng oleh ibuku. Hampir setiap malam aku dan kakakku diceritakan dongeng sebelum tidur. Cerita tentang kancil, timun emas, keong mas, bahkan ibuku bisa mengembangkan cerita kancil dengan versinya sendiri. Pernah suatu hari kakakku menjahiliku sampai menangis. Aku bertengkar dengan kakak. Kakakku terkenal nakal waktu kecil, suka berkelahi dengan anak-anak sepermainan, menjahili teman termasuk adiknya. Ibuku sudah tidak bisa menasehatinya. Tak kurang akal, malamnya ibu mendongeng seperti biasa. Ceritanya tentang kancil yang mempunyai adik namanya kancul (karangan ibuku sendiri). Kancilnya suka menjahili kancul sampai menangis. Lalu entah bagaimana kancil lalu sadar dan minta maaf ke adiknya dan akhirnya sayang dengan adik. Ceritanya mengalir saja dari mulut ibuku, yang disesuaikan dengan kenakalan kakakku hari itu. Aku dan kakakku merasakan kalau ibu bercerita tentang kami, bahkan kakak sempat protes. Tapi ibu mengelak bahwa itu bukan kakak, tapi kancil yang dicerita tersebut. Kakakku hanya diam dan mendengarkan dengan seksama. Biasanya setelah dongeng dari ibu tentang kancil dan kancul itu kakakku akan berkurang jahilnya padaku. Tapi tidak lama kembali lagi dengan kenakalan nya. Dan ibu pun akan mendongeng cerita kancil dengan adiknya kancul. Sekarang aku paham betapa efektifnya bercerita atau mendongeng pada anak kecil, bisa menaklukkan anak yang over jahil supaya tidak tambah jahil tanpa menunjuk langsung dirinya. Teknik yang efektif untuk menasehati.
Berlanjut sampai aku sudah dipisah tempat tidurnya. Aku dan kakakku sudah tidak tidur bersama ibu, kami punya kamar sendiri dan tempat tidur sendiri-sendiri. Sudah tidak ada dongeng sebelum tidur lagi. Sedih ya. Tapi kemampuan membacaku sudah muncul. Dengan membaca koran langganan orang tuaku itu, meski hanya kuambil cerita yang bergambar saja. Kemudian aku mulai mengenal komik. Komik pertama yang kubaca adalah komik doraemon. Bukan milik sendiri sih, tapi pinjam tetangga. Awal mulanya ibuku dimintai tolong tetanggaku, namanya Bu Jarot, untuk memijitnya karena sedang tidak enak badan. Masuk angin, sebutannya di tempatku. Tetanggaku tersebut minta dikerok dan dipijit. Aku pun ikut ke rumah tetanggaku itu. Ternyata anaknya punya koleksi komik doraemon. Tetanggaku menyuruh anaknya untuk mengeluarkan buku komik nya itu untuk kubaca. Aku pun senang bisa membaca komik, dan kadang aku boleh membawa pulang komiknya untuk kupinjam dan kubaca di rumah. Saking semangatnya membaca komik sampai aku berharap ibuku sering-sering dipanggil ke rumah tetanggaku itu.
Aku beranjak SMP dan SMA. Bahan bacaanku meningkat. Tidak cuma cerita bergambar saja yang kusukai. Cerpen dan novel aku mulai suka. Komik masih berlanjut. Teman sekelasku sering membawa komik bermacam-macam jenis. Ada yang kisah cinta, ada yang komik binatang lucu sampai aku tertawa sendiri ketika membacanya. Cerpen di majalah remaja aku lahap sampai habis. Novel pun sama, cuma memakan waktu lebih lama karena lebih tebal dan penuh dengan tulisan.
Meski aku suka membaca, tapi aku punya kelemahan. Untuk bacaan yang serius seperti buku pelajaran, perundang-undangan, dan buku non fiksi aku tidak bisa awet menekuninya. Apalagi bahasa undang-undang yaitu bahasa hukum, aku pasti menyerah. Merasa tidak memahaminya meski sudah dibaca berkali-kali. Untuk buku non fiksi biasanya baru membaca satu atau dua halaman sudah tidak kuat. Kalau terpaksa baru bisa lebih dari itu halamannya. Aku pun bingung dengan diri sendiri. Minat bacaku tinggi, ku sangat suka membaca tapi mengapa tidak betah untuk bacaan yang serius atau non fiksi. Ternyata aku baru tau, meski minat membacaku tinggi, tapi daya bacaku masih rendah. Itulah pe er ku ke depan supaya ada perbaikan. Termasuk daya menulis harus dibiasakan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren banget ulasannya. Ayuk semangat ber-literasi Kakak Mae. Lanjutkan!!!
Bagus tulisannya mbak Mae...
Maturnuwun, mbakyu...
thank you, Mommy...