DOA SEBELUM MAKAN (Tagur H2)
Akhir Nopember 2020 saya berkesempatan mengunjungi satu tempat di Bandung, Ecocamp. Ini tempat wisata edukasi lingkungan yang menyasar siswa dan pemuda, meski tidak menutup pintu untuk pengujung yang sudah berumur. Saya mendapat fasilitasi berkunjung ke tempat itu, lantaran saya sedang berencana membuat lokasi eduwisata di Hutan Pantai di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Lokasi itu mengusung keheningan sebagai tema sentral atraksinya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah tradisi makan hening 7 menit pertama dan tradisi persembahan teh.
Ketika itu saya bersama rombongan tiba di Ecocamp hampir larut malam, sehingga makan malam terlewat. Keesokan harinya baru kami mengikut beberapa tradisi. Dua di antaranya terjadi pagi hari: persembahan minum teh dan sarapan pagi dengan keheningan 7 menit pertama. Untuk tradisi persembahan teh, pemimpin rombongan kami diminta untuk memberikan secangkir teh kepada setiap anggota rombongan. Lalu, sambil menunggu secangkir teh itu menjadi hangat, pemandu mengajak kami merenungi perjalanan secangkir teh yang kami genggam dengan mata terpejam. Ia menyebutkan proses panjang serta ekosistem yang terlibat di dalam proses kehadiran secangkir teh itu. Intinya, proses kedatangan secangkir teh itu seharusnya menjadi proses rasa syukur. Full.
Begitu pula dengan tradisi makan hening 7 menit pertama. Dalam 7 menit pertama di suasana sarapan, kami harus makan tanpa suara. Tentu saja dengan terlebih dahulu oleh pemandu, disampaikan di tengah keheningan menafakuri makanan di hadapan kami, tentang proses kedatangan sepiring nasi. Dan sekali lagi, ini tentang rasa syukur. Tentu saja si Pemandu tidak melafalkan doa sebelum makan saat menutup pengantarnya, karena dia mempercayai semua agama punya cara berdoa masing-masing.
Mundur sedikit ke belakang, sebelum pandemi, dunia medsos kita banyak dikerubuti foto-foto selfi makan bersama. Ada banyak makanan di piring-piring yang memenuhi meja. Meja makan beserta apa yang tersaji di saat ritual makan bersama itu menunjukkan banyak hal kepada kita. Setidaknya kita bisa menduga kelas rombongan makan bersama itu siapa, dari kalangan mana.
Kita juga terbiasa, di dalam tradisi “keberkahan bulan puasa”, menyaksikan kesibukan luar biasa di dapur. Kemeriahan hidangan berbuka memang menggairahkan. Kajian tentang tradisi berpuasa bagi umat Islam sudah sangat banyak, termasuk cara makan kita selama berpuasa. Kemudian apakah kita berubah setelahnya? Itu hal lain lagi. Setidaknya kebiasaan-kebiasaan kita yang terkait dengan makan, entah di hari-hari biasa, atau dikala berpuasa menjadi cermin kita sesungguhnya. Cermin tentang mental, cermin tentang kesehatan, cermin tentang kepedulian. Lepas dari semua, saya meyakini, kita semua tak pernah luput dengan doa sebelum makan. Bersumber dari hadits riwayat Malik dan Ibnu Syaibah,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(Alloohumma baariklanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar)
Artinya: Ya Allah, berkahilah kami dalam apa-apa yang Engkau rezekikan kepada kami dan hindarkan kami dari siksa neraka.
Doa ini populer di kalangan anak-anak di PAUD, RA, TK, atau kelas rendahan di SD/MI. Pokoknya anak-anaklah. Selain doa sebelum tidur, doa sebelum makan adalah materi favorit guru kelas rendah ketika mengajarkan doa harian kepada anak-anak. Sedemikian populernya, sehingga saya pernah shock mendapati mahasiswa yang tak menganggap penting membaca doa sebelum makan. Ini pengalaman pribadi. Saya punya keponakan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Swasta ternama di Jakarta. Pada satu kesempatan saya mengundang keponakan saya itu mentraktir makan. Dia memilih warung steak, karena katanya sedang diet nasi. Setelah semua pesanan terhidang, saya meminta keponakan saya itu membaca doa sebelum makan. Mula-mula dia bertanya,
“Bacaannya apa?”
“Lupa? Bacaannya Alloohumma baariklanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar.”
Lalu responnya yang mengejutkan,
“Kayak anak TK baca doa itu.”
Beberapa ilustrasi di atas adalah pengalaman pribadi saya. Boleh jadi, satu dua peristiwa tersebut juga pernah dialami oleh sebagian dari kita. Autocorrect-nya adalah bagaimana sesungguhnya kita menempatkan Doa Sebelum Makan di dalam perilaku keseharian kita. Apakah doa tersebut hanya aksesoris keseharian kemusliman kita? Atau doa itu memang terintegrasi dengan visi dan misi keberkahan yang kita inginkan, sekaligus menghindarkan kita dari adzab neraka dunia akhirat?
Berharap tulisan ini menjadi pengingat bagi saya dan bagi kita semua tentang posisi strategis ritual ibadah makan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi salah satu cara kita mengimplementasikan ayat,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168).
Hadits Riwayat Ibnu Abi Syaibah RA berikut semoga makanan kita menjadi jalan keberkahan bagi setiap keadaan kita,
“Dengan nama Allah, sebaik-baik nama Allah di bumi dan di langit.
Tidak membahayakan bersama nama-Nya penyakit apapun.
Ya Allah jadikanlah padanya (apa yang dimakan) sebagai berkah dan kesembuhan.”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren. Terimakasih pengingatnya. Follow ya, ditunggu follbacknya
Keren. Terimakasih pengingatnya. Follow ya, ditunggu follbacknya
Semoga berkah mari berdoa sebelum makan ya
Keren. Salam literasi
Menginspirasi Bun. salam literasi.ijin follow bun. ditunggu follbacknya
Mantap bu
Hebat. Saling mengingatkan.Salam literasi
Super....terimakasih sudah diingatkan Bun...ijin follow bun..ditunggu follbacknya...trims