Maharti Rn

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
kencan maut Media Guru

kencan maut Media Guru

perihal menulis telah dilakukan sejak diusia SMA. sekedar menorehkan ganjalan hati. melampiaskan sesaknya dada. memuntahkan sampah kepedihan yang mendera. kebiasaan itu dilakukan hingga berumah tangga. ketika kesal telah mendera, buku dan pena menjadi teman setia. dalam diam seribu bahasa. hanya jari jemari memainkan pena. hingga terpuaskan kepenatan yang mendera. tergores mimpimu memiliki karya. entah itu coretan bermakna atau hanya sekedar tulisan biasa. aku tak memiliki kompetensi apa apa. hanya menulis menuruti keinginan hati. dua tiga buku tulis isi dua ratus lembar terpenuhi. seiring bergulirnya waktu dan giatmu semakin menyita waktu. jemarimu semakin jarang menari bersama pena.

ketika senja bertemu ujung langit. mimpi itu terbayang pula. memiliki karya menjadi beban menghimpit dada. berbagai upaya tertoreh dalam langkah kehidupan. aku belum menemukan yang kuinginkan. ketika sosial media berseliweran di depan mata. bertemulah titik mata pada sebuah pamflet milik media guru. ajakan mengikuti kelas menulis di kota Surabaya. namun pandangan pertama belum begitu menggoda. hanya meninggalkan luka. serpihan galau menunjam dalam hati seribu mimpi. keduanya tak mungkin aku memilih. namun tetap ada yang terpilih. tak mungkin keduanya kujalani dalam waktu bersama.

hingga saatnya tiba. galaupun tetap memaksa mendua. dan... aku harus memilih. mimpiku semakin bergelayut. hingar bingar guru berkarya semakin memekakan telinga, menyilaukan mata, memendarkan rasa. mengapa aku hanya berdiam dalam kegalauan? kupilih untuk menemuinya, membersamainya, bersua dalam dua pagi hingga senja. ada sedikit kecewa, mengapa aku tak ada disana? obsesiku meluluhkan hatiku. sempat menoreh rasa minder sesaat diakhir pertemuan itu. karena rayuan dan kata mesra saat itu. akupun menyunggingkan senyum penuh harap, senyuman bermakna untuk sebuah karya nyata.

janji aku sepakati. dalam tiga puluh hari membersamai. semangat itu berkobar. seakan sedetik tak hendak berpencar. jari jemari menari hingga kelu. tak terasa dan tak kurasa. mata nenar kaki gemetar karena hingarnya kencan bersamamu. tak ingin kulewati kesempatan ini. kau terus memotivasi. akupun terus melangkah. setiap saat hadirmu begitu dasyat. harap-harap cemas ketika menanti hadirmu. peluk mesra itu. selalu dalam dekapan penuh kehangatan. bersamamu tak pernah mati dalam berkarya. dasyatnya dirimu terasa dalam kencan mautmu.

hari demi hari bergulir hingga janji sepakat itu telah berakhir. kini tinggal kumenantikan lahirnya sebuah karya. jelang akhir tahun lalu, kau penuhi janji itu. janji melahirkan sebuah karya. buku pertamaku telah hadir dihadapanku. antara lega dan tak percaya. iya... ini...iya...sambil kupeluk mesra. berlinanglah air mataku. rasa bangga serta rasa merana. karna kau akan berlalu bersama waktu. kau terus membahana. kau terus membersamai yang lain. walau sedikit menyesakkan dada. tetap kuucapkan terima kasih telah mengencaniku hingga lahir sebuah buku. hai Media Guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

matur suwun bu yulia, doanya dan terima kasih sudah singgah disini barokallah doa untuk bu yulia juga

05 Feb
Balas

Keren....mantul Salam sukses dan semoga sehat selalu bu maharti..

05 Feb
Balas



search

New Post