Maharti Rn

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Membangun karakter dengan MeSRA (bagian 2)

Membangun karakter dengan MeSRA (bagian 2)

Membangun karakter dengan MeSRA (bagian 2)

Rapat pimpinan cabang dimulai pukul 19.30, undangan yang hadir bapak pimpinan cabang, bapak pimpinan majelis pendidikan dasar dan menengah, ternyata ada dua calon kepala sekolah yang diundang, saya dan satu lagi seorang bapak. Pembicaraan menghasilkan kesepakatan bahwa semua mendukung saya yang dipercaya menjalankan kelanjutan estafet kepemimpinan sekolah, dan calon satunya diminta mendukung dengan peran sebagai wakil. Kami diminta memberikan pernyataan, apakah keputusan tersebut disanggupi ataukah keberatan. Saya memberikan keputusan menyanggupi, komitmen ini sudah saya putuskan sejak melangkah mengikuti tes seleksi. Sedangkan bapak yang diminta mendukung sebagai wakil, menyampaikan keberatan, ia berharap dialah yang menjadi pucuk pimpinan di sekolah tersebut. Perbincangan pengambilan kesepakatan antar pimpinan cukup alot, hingga jam menunjukkan pukul 22.00, dan keputusan akhir sebagian besar menginginkan sayalah yang menahkodai sekolah tersebut. Rapatpun diakhiri, saya kembali ke rumah sakit, langkah begitu berat, benakpun semakin terkoyak. Tanpa terasa bibirku berbisik,

“ya Allah, cobaan ini tak mampu aku fikirkan,“

saat itu yang kubisa hanyalah berjalan mengikuti langkah kakiku menuju rumah sakit, dan menanti sebuah berita dari balik pintu ruang ICU.

“dik, sapaku kepada anak keduaku, sesaat aku telah berada disampingnya, ada pesan apa selama ibu tinggalkan ? lanjutku bertanya padanya.”

“tidak ada bu, jawab anakku.”

Situasi semacam ini membuatku berfikir dua hal, tanpa berita apa-apa selama saya tinggalkan, ada apa ? biasanya tidak sampai waktu satu jam, telah berulang kali saya diminta menebus obat, atau membawa tabung kecil ke laboratorium. Pikiran positifku torehkan di benakku, semoga semakin membaik, sehingga tak diperlukan lagi observasi dan obat-obatan. Suasana semakin terasa sunyi, dada terasa semakin sesak, fikirankupun menerawang, andai ayah tidak terbujur di ruang ICU, aku akan bisa ceritakan dengan riang kabar ini, kini aku sendiri, kepada siapa bongkahan problema aku gulirkan, aku tumpahkan, selain hanya kepadamu ya ALLAH. Tanpa terasa air mata ini menitik perlahan keluar dari peraduannya, ujung mataku.

Hingga larut malam tanpa aku terima informasi dari balik pintu ICU, aku pun menunggu dengan penuh tanya dan harap-harap cemas,

“keluarga…, suara panggilan suster mengejutkanku, tanpa berpikir, aku langsung melompat menghampiri sumber suara,

“iya bu, saya istrinya, jawabku kala telah berada didekat seorang ibu separu baya,

“ini dibawa ke laboratorium gih, cek darah bapak, sambil menyodorkan tabung kaca ukuran sedang kepadaku.

“iya bu, lanjutku, kuterima tabung kaca itu, kuamati sambil menjauh meninggalkan pintu ruang ICU, menuju lokasi laboratorium. Saat perjalanan menuju laboratorium, aku amati isi tabung kaca yang aku pegang, tidak salahkah pendengaranku ? tanyaku dalam hati, suster tadi mengatakan cek darah, namun setahuku cairan darah itu berwarna merah pekat, namun yang ada dihadapanku tampak tiga lapisan, bagian paling atas terlihat bening, lapisan kedua ada buliran-buliran merah jambu keputih-putihan, lapisan paling bawah buliran-buliran merah kehitaman. Oh… aku menarik nafas, terasa menyesakkan dadaku. Sesampai di laboratorium aku serahkan tabung tersebut dan kutinggalkan begitu saja setelah diterima seorang petugas, begitu selama ini yang aku lakukan untuk mengantar keperluan di laboratorium.

bagaimana kondisi hasil laboratorium, apa yang terjadi hingga waktu dini hari, mengapa bu guru ….

Pagi itu menerima telepon dimuka mushola, dan kabar apa yang diterima ? baca terus serial cerita membangun karakter dengan MeSra, bagian 3 kelanjutannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu kelanjutannyA... Persiapkan diri untuk sabar dan ikhlas

31 Mar
Balas

Ditunggu kelanjutannyA... Persiapkan diri untuk sabar dan ikhlas

31 Mar
Balas



search

New Post