Tantangan menulis ke 42 #Tantangan Gurusiana

DI RUMAH AJA, SI BUNGSU CERIA

Setiap pagi si bungsu mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh seisi rumah. Tubuh mungilnya yang didudukkan di sepeda beroda delapan, berusaha mengikuti setiap orang yang lewat di depannya. Si bungsu mencari perhatian, tapi semua sibuk dengan perlengkapannya masing-masing.

Ayah, bunda, Ayuk Ndu, kakak Fahri, dan Ayuk Pustaka tampak tergesa-gesa. Sehingga tidak ada yang menggoda atau mencium si bungsu. Karena merasa tidak dipedulikan, si bingsu kadang merengek. Setelah selesai sarapan ayah langsung berangkat kerja. Ayuk Ndu, kakak Fahri, dan Ayuk Pustaka berangkat ke sekolah. Bunda paling terakhir berangkat ke sekolah. Seperti biasa, sebelum berangkat bunda menyempatkan diri menyuapi si bungsu dan mengajaknya bercanda. Si bungsu girang bukan kepalang. "Horeee.. aku bisa main sama bunda." Begitu barangkali bahasa bayinya yang ingin diungkapkan. Tapi, saat bunda mencium kening, dan berbisik di telinga si bungsu "main sama Mbah dan bibik ya sayang, jangan nakal, bunda berangkat sekolah dulu, nanti kita main lagi." Si bungsu kembali menangis. Suaranya sedih sekali. Tapi apa boleh buat, bunda juga harus bertanggung jawab dengan tugasnya yang lain yaitu harus mendidik dan menyampaikan ilmu kepada siswanya. Si bungsu selalu merasa kesepian.

Sejak virus Corona melanda negeri ini, belajar dilakukan secara online di rumah. Semua tidak ada yang sekolah. Ayah juga bekerja dari rumah. Si bungsu riang bukan kepalang. Anggota keluarga tidak ada yang ke luar sehingga rumah jadi ramai. Si bungsu bisa main sepuasnya. Ah, makin pintar saja si bungsu. Setiap hari ada saja tingkahnya yang membuat seisi rumah terpingkal. Ayuk Ndu, kakak Fahri, Ayuk Pustaka juga tidak ada yang mau bermain ke luar. Mereka lebih senang berada di dalam rumah bermain dengan si bungsu.

Mahdalena