DARA PETHAK, THE HEART OF DHARMASRAYA
Mahfud Aly
[History Learner]
*****
Dalam catatan sejarah. Ekspedisi Pamalayu selalu menarik minatku. Selalu dan selalu. Tetapi yang luar biasa, bukan kisah heroik dan intrik politik yang melatarbelakanginya. Seperti biasa, aku justru tertarik pada kisah ketegaran putri cantik. Yang tercantik dari semua gadis di Dharmasraya.
Perkenalkan gadis yang selalu membuatku penasaran. Yang hidupnya sungguh luar biasa. Ia yang ditakdirkan melahirkan raja-raja. Rahimnya sungguh beruntung. Tak semua ibu seberuntung dirinya. Atau justru itu adalah kutukan. Entahlah. Siapa saja berhak berpendapat. Namanya Dara Pethak.
Aku cuma tukang cerita. Kadang benar, banyak salahnya.
Tetapi aku selalu tahu kenapa aku tertarik pada sejarah. Sejarah melahirkan perempuan-perempuan cantik, yang kerling matanya sanggup meluluhlantakkan negara. Ah, keren gila.
Di masa kepemimpinan Raja Sri Kertanegara, sebagai penguasa Singhasari yang dikdaya.
Diselimuti keangkeran keris sakti. Empu gandring yang meminta banyak darah. Tentu tak bisa dilepaskan kehadiran perempuan cantik lainnya. Ken Dedes, yang belikatnya paling seksi di muka bumi.
Ia adalah rahim leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa. Ia adalah nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Tradisi lokal menyebutkan ia sebagai perempuan yang memiliki kecantikan luar biasa, perwujudan kecantikan yang sempurna.Manusia orakan macam Ken Arok bertekuk lutut.
Ia rela membunuh orang sakti, gurunya sendiri. Untuk mendapatkan keris yang belum jadi. Korban keduanya adalah Tunggul Ametung, akuwu Tumapel. Suami Ken Dedes sendiri. Betapa hebatnya sejarah berjalan: Ken Dedes akhirnya menikahi pembunuh suaminya. Bahkan jadi banyak novel. Termasuk Pramoedya Ananta Toer menulis novel paling desktiptif sepanjang hidup: Arok Dedes.
O Tuhan, bagaimana bisa?
Keris itu terus mencari tumbal: keturunan Ken Dedes dan Ken Arok habis tiada tersisa.
Saat itu Kubilai Khan, dari Mongolia sedang menggila. Ia adalah setan gila perang. Ia menyerang ke segala arah. Tembok China ia luluhlantakkan. Ia menyerang ke Rusia. Ia menyerang Prusia. Ia menyerang ke Asia Barat. Ia juga mengincar Singhasari. Kerajaan Jawa yang termashsyur. Kerajaan yang juga dicatat oleh Marco Polo dalam buku hariannya.
Raja Sri Kertanegara adalah raja ambisius, sombong dan cerdas gila.
Untuk membendung jelajah pedang Mongolia, ia melakukan banyak usaha: salah satunya ekspedisi pamalayu.
Saat itu, raja penghulu di Dharmasraya bernama Srimat Tribuana Raja. Ia raja yang bijaksana.
Ia memiliki dua orang putri yang cantik jelita. Dara Pethak yang berarti merpati putih. Yang kedua,Dara Jingga yang berarti Merpati merah.
Dara jingga anak pertama, dan Dara Pethak putri keduanya.
Kecantikan Dara Pethak dan Dara Jingga putri raja penghulu ini masyhur seantero nagari. Banyak penghulu-penghulu nagari sekitar yg menginginkan Dara Pethak maupun Dara Jingga bisa menjadi anak mantu mereka.
Setelah berita tentang takluknya negeri-negeri di sekitar sampai kepada negeri Dharmasraya. Para penghulu berkumpul mulai mengatur siasat. Jawadwipa selalu menjadi lawan yang nggilani.
Melawan tak akan menang. Menyerah bukan pilihan.
Rapat akbar menghasilkan sebuah kesepakatan: Dharmasraya tidak akan menyerah takluk dan tunduk pada tentara Jawadwipa, bala pasukan Singhasari.
Pedang akan dilawan dengan cinta.
Kekuatan dilawan kelembutan.
Kekerasan selalu kalah dengan keindahan.
Mereka tahu diri. Dharmasraya selalu bisa mengukur kekuatan sendiri.
Mereka sambut tentara Singhasari yang turun dari ratusan kapal sarat muatan senjata.
Mereka menyambut di perbatasan dengan tari gelombang nan indah.
Tentara gagah itu disongsong dengan tari pasambahan, dijamu dengan makanan terlezat yang dibuat juru masak paling andal yang mereka miliki. Dharmasraya terkenal sebagai negeri dengan makanan yang lezat-lezat. Itulah mengapa di Dharmasraya hanya dikenal dua jenis makanan saja: makanan enak dan makanan enak sekali.
Mereka juga menawarkan dua gadis tercantik untuk dipersembahkan kepada Raja Sri Kertanegara: Dara Pethak dan Dara Jingga.
Siapa lelaki yang sanggup menolak!
Aku akui: orang Dharmasraya memang gokil! Cerdas gila!
Keren menewen. Tiada tanding, tiada banding.
Dara Jingga sang adik dinikahkan dengan pemimpin ekspedisi.
Dyah Adwayabrahma, Bhre Kahuripan. Ia adalah Komandan Pasukan Bhayangkara dengan Dara Jingga. Kejadian ini terjadi saat ekspedisi Pamalayu terakhir tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi. Dari sumber yang terpercaya.
Dalam Pernikahan tersebut, Sri Kertanegara menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa, Maharaja Melayu yang bertahta di Dharmasraya.
Prasasti Padangroco menyatakan dengan jelas: [diterjemahkan Prof. Slamet Muljana].
"Bahagia! Pada tahun Śaka 1208, bulan Bādrawāda, hari pertama bulan naik, hari Māwulu wāge, hari Kamis, Wuku Madaṇkungan, letak raja bintang di barat daya. Tatkala itulah arca paduka Amoghapāśalokeśwara dengan empat belas pengikut serta tujuh ratna permata di bawa dari Bhūmi Jāwa ke Swarnnabhūmi, supaya ditegakkan di Dharmmāśraya,sebagai hadiah Śrī Wiśwarūpa Kumāra.
Untuk tujuan tersebut pāduka Śrī Mahārājādhirāja Kṛtanagara Wikrama Dharmmottunggadewa memerintahkan rakryān mahā-mantri Dyah Adwayabrahma, rakryān śirīkan Dyah Sugatabrahma dansamagat payānan hań Dīpankaradāsa, rakryān damun Pu Wīra untuk menghantarkan pāduka Amoghapāśa.
Semoga hadiah itu membuat gembira segenap rakyat di Bhūmi Mālayu, termasuk brāhmaṇa, ksatrya, waiśa, sūdra dan terutama pusat segenap para āryya, Śrī Mahārāja Śrīmat Tribhuwanarāja Mauliwarmmadewa."
(sumber: Wikipedia).
Sang adik, yang cantiknya luar biasa. Dara Pethak. Ia dijuluki heart of Sumatra, Swarnabumi. Jantungnya Dharmasraya. Ia dipersembahkan untuk yang mulia, Sri Raja Kertanegara.
Sayang takdir tak berjalan sesuai rencana.
Sayangnya, pada tahun 1292 Masehi Kertanegara terbunuh. Ia kalah perang, atas kepandaian Arya wiraja dan Rajen Wijaya.
Kematian Kertanegara tidak diketahui tim ekspedisi Pamalayu. Kapal-kapal Mongol yang hendak menyerang Singhasari tidak diketahui Dharmasraya. Aneh memang, Dharmasraya adalah penguasa selat Karimata, selat Malaka dan laut Cina selatan. Atau mereka terlalu sibuk menyambut Pasukan Singhasari dan menari. Entahlah!
*****
Dara Jingga dan Dara Pethak ikut dalam kepulangan Tim Ekspedisi Pamalayu kembali ke Jawa.
Ah, kekalahan Singhasari mengubah jalan cerita.
Niatnya dijodohkan dengan Sri Kertanegara justru berbuah sejarah lain. Dara Pethak justru dinikahi raja yang baru dinobatkan. Raden Wijaya. Raja pertama, Majapahit.
Negara yang dekat dengan rumah saya, Lamongan.
Ah, dulu seandainya saya lahir pada masa itu: Saya akan menulis buku tentang dua dara: bukan justru tentang para lelaki. Hihihi!
Perempuan selalu lebih seksi dan lebih berkuasa dari raja-raja.
Tanyakan saja pada para ibu di Gurusiana, hahaha!
Untuk mendukung wahyu keprabon.
Raden Wijaya menikahi ketiga putri dari Maharaja Kertanegara. Raden wijaya juga menjatuhkan pilihan cerdas dengan memilih Dara Pethak sebagai permaisurinya.
Mengapa harus Dara Pethak yang menjadi Permaisuri, tentu mudah menjawabnya, yaitu menghindari kemarahan Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ya, Dara Pethak adalah Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari.
Kemaharajaan Dharmasraya adalah negara besar. Ia telah menguasai seluruh Semenanjung Malaya hingga ke Thailand selatan, Tumasik, seluruh Sumatera, dan lain-lain.
Majapahit tanpa Dharmasraya tak seluas dalam sejarah.
Tanpa Dharmasraya, sumpah palapa Gajah Mada tak secermelang itu.
Dara Pethak adalah ibu dari raja-raja. Ia adalah ibunda dari Jayanegara.
*******
Kesimpulanku cuma satu:
Tanpa Dharmasraya, guru penulis di Indonesia belum sempurna.
Tanpa penulis Dharmasraya, Media guru belum menguasai Indonesia.
Saya sungguh kagum pada Dharmasraya dan seluruh penulisnya.
Hahaha!!
Ea! Ea! Ea!
Aku tunggu bukunya, Bapak Ibu.
Huhuhu!
Lamongan, 3 Maret 2019
Peserta pelatihan yang tak terlihat. Kasihan!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Satu kata Dahsyattt!
Barakallah. Bunda. Saya sedang belajar menulis. Mohon bimbingannya. Suhu.
Tak bisa dikomentari joss puol, saya yanf guru IPS belum tentu bisa bercerita sebaik Pak Yai, Barokallah
Bapak terlalu merendah. Saya ingin bapak membahas sejarah Jenggala.
Saya belum komen, sudah nge tag tulisan keren di 'Minggu Bergizi.'
Barakallah. Pak.
Iyessss tulisan yg keren menewen Bapak. History bangettttt dah . Barakallah
Barakallah. Bunda. Belajar menulis, masih amatiran.
Hebat. Sejarah Dharmasraya.
Hihihi. Saya menulis apa yang saya sukai. Bunda. Mohon maaf. Masih amatiran. Mohon dikoreksi.
Amazing...
Barakallah. Pak.
Mantul pak...
Barakallah. Ibu Nuzla. Dharmasraya? Mohon koreksinya.
Mantap luar biasa pak, maaf, biasanya saya agak kurang suka baca sejarah, tapi paparan bapak tentang Dara Petak Dara Jingga, menawan hatiku. Penggalan Pedang akan dilawan dengan cinta. Kekuatan dilawan kelembutan. Kekerasan selalu kalah dengan keindahan. Mereka tahu diri. Dharmasraya selalu bisa mengukur kekuatan sendiri. Mereka sambut tentara Singhasari yang turun dari ratusan kapal sarat muatan senjata. Mereka menyambut di perbatasan dengan tari gelombang nan indah. Tentara gagah itu disongsong dengan tari pasambahan, dijamu dengan makanan terlezat yang dibuat juru masak paling andal yang mereka miliki. Dharmasraya terkenal sebagai negeri dengan makanan yang lezat-lezat. Itulah mengapa di Dharmasraya hanya dikenal dua jenis makanan saja: makanan enak dan makanan enak sekali. Mereka juga menawarkan dua gadis tercantik untuk dipersembahkan kepada Raja Sri Kertanegara: Dara Pethak dan Dara Jingga. *Siapa lelaki yang sanggup menolak! Aku akui: orang Dharmasraya memang gokil! Cerdas gila! Keren menewen. Tiada tanding, tiada banding. Santiang bana. Mohon bimbingan ya pak. Saya Suharni Hpai, ajari aku.
Barakallah. Bunda Dra. Suharni. Mari selesaikan bukunya. Guru Geografi memang keren..