Mahfud Aly

Si Kambing

********

Tulisan ini rawan ngguapleki. Hihihi! Kisah ini bermula dari sau kejadian nyata. Sepuluh tahun lalu. Usia saya 24 tahun. Belum menikah. Pulang mengajar dari sekolah ke rumah kontrakan saya. Jaraknya sekitar 8 kilometer. dari Cerme ke Banjarsari. Dekat terminal Bunder, Gresik. Ah, saat berkendara di jalan. Ndilalah di depan saya ada motor siswa. Dua orang. Cowok dan cewek. Berbonjengan. Tangan saling terbelit rumit. Posisi helm juga berdekatan. Begitu khusyuk memaknai hidup. Semua serba duniawi. Serba egois. Seolah mereka hidup hanya berdua di dunia ini. Yanglain nggak penting. Hihihi!

Ah, saya nelangsa sekaligus pingin. Ea!

Sebagai guru muda yang ganteng dan blengah-blengah seperti gajah, saya diamkan saja. Karena saya pun tak buru-buru, ya saya nikmati saya adegan penuh risiko ini. Hihihi! Jujur, saat itu jalanan antara Perlintasan kereta api Cerme hingga Terminal Bunder dekat Kota itu medannya berat. Banyak lubang juga gundukan. Mereka bersepeda juga hobi main gas dan rem. Menyenangkan. Menegangkan. Bikin sesak napas. Sekali lagi, bikin saya panas dingin. Hihihi!

Saya ikuti saya sejauh satu kilometer. Jarak mereka begitu rapat, lengket, dan membahayakan. Sampai akhirnya saya menyerah. Saya melambaikan tangan ke kamera. Saya dekati mereka, saya panggil nama mereka. Mereka salah tingkah. Mengubah gaya. Kikuk. Serba salah. Saya hanya bilang ke mereka, "Cie..cie.. pacaran cie!"

Merah padam muka mereka.

"Percuma dibawa ke mana-mana, tapi tidak dinikahi."

Glodak!

Itu dulu. Jika sekarang, saya sudah tidak seberani itu. Hihihi! Tapi saya lihat anak sekarang itu jauh lebih pintar, lebih ahli, lebih berduit, dan semoga kita semua selamat dunia akhirat. Aamiin!

Sukodadi, 18 Agustus 2019