JEJAK LITERASIKU: NGGILANI SUNGGUH
Mahfud Aly [alie-n kere-] Muda. Ngguapleki. Tinggi. Ngguilani. Usia 21. Guru muda. Gayanya selengean. Santai. Wajah kumus-kumus. Tubuh langsing kebangetan. Perut six pack. Kaki kepanjangan. Saat finalis lain berjas. Berdasi. Berbaju safari. Rapi jali. Ia tak bisa sama. Gayanya beda. Ia pilih celana jins. Berkemeja kotak garis, dan sweater hadiah kawannya. Bersepatu merek Pakalolo. Coklat tua. Untuk yang satu ini tak mau memilih. Lainnya. Ah, gayanya ngguapleki. Gemas ingin ditampar. Anti kemapanan. Suka bermain hukum. Dipelajari. Untuk diakali. Nyari selamat. Dengan cara paling nggilani. Ia sadar fakta seram. Lima juri di depannya bukan sastrawan sembarangan. Bayangkan kelimanya punya nama besar. Legenda. Nama mereka tercetak di buku-buku pelajaran. Semut sua lima singa. Ia tak mundur. Justru selonjoran kaki. Bersantai. Terima nasib. Kelima hakim sastra dengan kemampuan luar biasa. Pengetahuan yang seluas samudera. Setinggi gunung Himalaya. Sedalam sumur di Afrika. Tapi tikus satu di depannya tiada takut. Ia tak gentar. Ia tak mundur. Satu langkah pun. Di belakang kursi ada tembok. Ia tak punya jalan keluar. Nasibnya diadili. Seadil-adilnya. Juri ketua. Jamal D. Rahman. Berdarah Madura. Seramnya megilan. Siapa tak tahu dirinya? Jika kau menulis namanya adalah legenda. Kedua. Profesor Dr. Suminto A. Sayuti. Jogja punya. Ia profesor. Di depannya yang duduk pasrah itu provokator. Pas! Meskipun bukan sua untuk pertama, bertemu ia dalam kompetisi selalu bikin grogi. Yang ketiga. Sunu Wasono. Ah, ia teman di Facebook. Saya takut ia baca ini. Saya puja-puji saja. Ah, ia itu keren. Kreatif. Ganteng. Gagah. Idaman. Menawan. Sastranya level dewa. Di depannya tak berdaya. Ah, sudahlahKeempat. Joni Ariandinata. Ia adalah teror sastra. Kebaruannya mebuat hati bergidik. Ia adalah maestro. Ia adalah pedangnya Satra Indonesia. Melawannya, hanya melahirkan kekalahan. Percum, tak bergun. Percuma tiada guna. Nol faedah. Terakhir. Keren menewen. Finalis sebelumnya hanya ada empat juri. Tapi kenapa? Saat si kerempeng maju. Pak Maman S. Mahayana harus datang. Sastrawan dari Universitas Pakuan Bogor ini adalah lelaki kalem dengan tanya mematikan. Ia paham semua tulisan sastrawan segala angkatan. Ia paham luar dalam. Ah, kasihan sekali anak muda itu. Ia diadili. Ia dihakimi. Ia diberi kesempatan membela diri. Tapi argumentasinya lemah. Ia tak berdaya. Ia terkapar. Beruntung detik jam menyelamatkan. Ia bisa napas lega. Meski tubuhnya ditandu keluar. Ia tak kuat jalan. Tahukah kau siapa ia? Namanya Aly. Ia berasal dari Lamongan. Ia bukan teroris. Ia hanya remekan rengginang. Dari planet antah-berantah di semesta berkelindan. Ia penulis mualaf. Ia butuh kasih sayang. Ia butuh dicintai. Dipeluk dengan harapan dan doa-doa. Itu saja.
Ea! Ea! Ea! Tinaro, 16 Februari 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dapat juara ngga Pak? Heee
Hihihi.
Jejak literasi yang betul-betul nggilani. Dahsyat! Salut ruarrr biasaahhh untuk alie itu. Ea...ea..ea. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.
Siap. Maaf Uthi tak ada ea-nya.
Maaf, Pak Guru. Ndak bisa dibuang. Itu ciri khasnya...ea...ea.
Tulisan sedih susah sisipkan ea! Untuk kepantasan. Barakallah
Ya... Ya... Sehat dan sukses Pak Ea Pak Aly...
Barakallah. Maaf tidak ada ea-nya.
Cetar membahana sobat, sukses selalu
Jambu Bangkok memang keren. Bunda. Hihihi
Penulis idola saya nih! Wow ... Masya Allah ... Im envy with your achievement Sir, wanna be a good writer too
Amin. Barakallah. Bunda. Dikau itu sudah keren. Untuk yang sedang jatuh cinta dengan menulis. Semangat ea!
Ndelok modele lan modale, niru Doyok....nggilani poll....heheh.... Ampun Cak Mahfud.
Siap. Pak. Arif. Barakallah.
Siap. Pak. Arif. Barakallah.
Siap. Pak. Arif. Barakallah.
Rapakat.....cah iko
Barakallah. Kakak. Guru selain punya banyak akun di mana pun, harus punya gurusiana. Izinkan adik belajar.
Barakallah. Kakak. Guru selain punya banyak akun di mana pun, harus punya gurusiana. Izinkan adik belajar.
Barakallah. Kakak. Guru selain punya banyak akun di mana pun, harus punya gurusiana. Izinkan adik belajar.
Lho Mas Agus
Bunda Uzlifah. Kita berhasil tarik Arsiparis keren itu ke gurusiana. Guru yang wajib ditiru.