Mahfud Aly

Lelaki terkombang-kambing tulisan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ronggolawe Pasti Bangga
Nurjanah dan Anis, calon penulis Tuban

Ronggolawe Pasti Bangga

Mahfud Aly

Editor Media Guru

Melihat gairah dan antusias peserta Sagusabu Tuban saya gemetaran. Sungguh bikin hati saya mrebes mili. Seolah aula SDN II Kebonsari ujug-ujug gemuruh badai. Semua laptop nyala. Jemari berlari lincah. Subhanallah!

Semangat peserta meluap-luap. Sangat militan. Saya melihat guru ini seperti suporter Persatu Tuban. Siji nyali wani. Laskar Ronggolawe yang gagah berani. Tidak takut lawan, hormati kawan. Satu guru satu buku itu gampang.

Saya katakan, di dalam kuburnya Ronggolawe pasti bangga. Melihat anak cucunya meneruskan jejaknya. Selain jago silat tanpa tanding, digdaya tanpa lawan. Ronggolawe juga pandai menulis. Toh, jika menulis itu warisan. Darah guru Tuban adalah darah sastrawan. Darah biru, Ronggolawe yang wow.

Senyum mengembang dari bibir Ibu Nurjanah dari SDN Gemulung II. Ia sudah pamit pada sang suami. Pantang pulang sebelum jadi. Ia seolah tak sabar ingin segera menulis uneg-uneg yang selama delapan belas purnama ia simpan rapat-rapat di hatinya.

Ia ingin menulis tentang perempuan lain. Perempuan yang kehadirannya membuat hati dag-dig-dug-duer. Ah, perempuan itu istimewa. Tidak lain adalah ibunya sendiri. Ia sangat sayang ibunya. Buku ini akan ia persembahkan untuk ibunya. Perempuan terbaik yang dihadiahkan Tuhan padanya.

Ah, ngobrol dengannya seolah waktu terlupa dalam sekejap mata. Ia begitu semangat. Menulis adalah obsesinya. Membaca sudah jadi hobinya sejak lama. Memiliki buku, dengan nama sendiri tercetak di cover depan adalah mimpi yang segera nyata. Bismillah!

Ibu Anis, lain lagi. Ia ingin menulis Memoar. Tentang dirinya. Ia ingin dikenang dunia sebagai guru yang keren menewen. Ia ingin jadi contoh nyata untuk siswanya. Ia percaya. Hanya dengan menulis guru abadi.

Ia ingin mencatat semua kenangan agar tak hilang. Ia ingin mewariskan kisah pada generasi sesudahnya. Ia berdoa, semoga niat mulai ini diijabah. Alfatihah.

Ah, mendengar mimpi mereka. Saya sungguh bangga. Semoga cita-cita mereka segera terwujud. Saya yakin sebulan lebih dari cukup. Satu guru satu buku adalah keniscayaan. Mimpi itu butuh diperjuangkan. Berkumpul di aula ini adalah salah satu ikhtiar literasi menuju gemilang peradaban.

Allahuakbar!

Tuban, 27 April 2019

*Tugas menulis bebas: Tuban*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ayo maju terus para penerus Ronggolawe. Salam perjuangan pak!

27 Apr
Balas

Sigap!

27 Apr

Selamat Berjuang Pak Yai, saya hanya bisa mbrebes mili di rumah, Barokallah

27 Apr
Balas

Wadahi galon, Abah. Kita pasarkan. Hihihi.

27 Apr



search

New Post