Akhirnya Luluh,...
Sejujurnya menjadi pendidik, bukanlah cita-citaku. Tetapi mengajari dan memberikan pembelajaran merupakan salah satu hal yang kulakukan dengan senang hati. Boleh dibilang mungkin itu passionku. Sehingga tak heran hampir selama karier bekerjaku di perusahaan multinasional, menjadi trainer. Dan ilmu psychology yang kupelajaripun tak sia-sia. Karena bisa kuaplikasikan saat melakukan pendekatan pada trainee-trainee, yang merupakan karyawan perusahaan.
Semenjak memutuskan untuk mendirikan sekolah anak usia dini, objek pengajaranku menjadi lebih luas. Anak usia dini, sangat berbeda dengan manusia dewasa, yang sudah memahami aturan dan norma-norma sosial. Sedangkan anak usia dini, yang masih memiliki sifat egocentris (melihat suatu masalah dari perspektif dirinya sendiri) dan belum memahami dengan baik aturan yang berlaku. Sehingga untuk mendidiknya memerlukan kesabaran, kegigihan, kreativitas dan inovasi yang tinggi.
Hampir setiap tahun, ada saja siswa yang lebih aktif dari yang lain. Tahun lalu ada Zafran yang selalu iseng pada teman-temannya. Nah, tahun ini ada Tama, yang suka mengacaukan konsentrasi teman-temannya. Namun begitu , in syaallah tak sedikitpun umpatan keluar dari mulutku. Karena aku yakin ucapan adalah doa. Jadi sedapat mungkin, sekesal apapun diri ini pada Tama, yang kuucapkan adalah doa agar ia menjadi anak yang sholeh.
Akibat pandemi, anak-anak sempat tersiksa karena tidak dapat pergi ke sekolah dan bermain dengan bebasnya. Dan akibatnya, setelah izin dari pembelajaran tatap muka dikeluarkan, mereka sangat senang. Tak terkecuali Tama. Ia memang anak aktif dan kreatif. Hampir setiap hari ada saja, aksi yang membuat temannya menangis. Beberapa guru sudah sangat kesal padanya. Bahkan tak jarang, ada beberapa orang tua lain yang sangat kesal, lantaran anaknya beberapa kali di pukul Tama.
Sebenarnya Tama, melakukan keisengannya hanya untuk menarik perhatian orang sekelilingnya. Dalam kesehariannya, ia tidak memiliki teman bermain selain adik dan eyangnya. Sehingga jiwa kreativitasnya seperti terbelenggu. Dan sebenarnya ia juga merasa tertekan dan kesepian. Namun tidak tahu harus berbuat apa agar teman-temannya mau berrmain bersamanya. Dan yang parahnya, Tama setiap hari selalu diberikan kebebasan untuk berinteraksi dengan gadgetnya. Sehingga stimulus yang diterima sebagian besar berasal dari game-game yang dilihatnya.
Setelah mengetahui kondisi Tama, akhirnya saat ia sedang melakukan keisengan pada teman-temannya, aku segera memeluk paksa dirinya dari belakang dan tidak akan melepaskannya hingga 10 menit. Saat ia meronta-ronta, kubisikan ayat kursi dan kalimat affirmative bahwa ia adalah anak sholeh yang disayang teman-temannya.
Sekali, dua kali, tindakanku belum memberikan hasil. Tetapi, setelah dua minggu, Tama mulai dapat mengikuti instruksiku. Setiap pagi, ia kupanggil dengan sebutan anak sholeh. Dan tampaknya ia tidak keberatan dengan sebutan itu. Secara perlahan, Tama mulai dapat kuajak bicara lebih mendalam tentang perasaannya. Sudah seminggu ini, Tama mulai dapat mengerjakan pekerjaannya dan bekerja bersama teman-temannya, walaupun masih bercampur dengan keisengannya. Alhamdulillah Tama kini mulai luluh. Ya Allah jadikanlah Tama menjadi anak sholeh yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan agama, aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya keren
Terima kasih atas kunjungannya bunda cantik. salam sehat