Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Akibat Bulu Ketiak
Pinterest

Akibat Bulu Ketiak

Jumat malam, selepas kuliah dan part time job, Jun, bestieku, mengajak makan udong terenak di kotaku. Walaupun kami anak perantauan, tapi sesekali makan enak di kedai terkenal menjadi hiburan pelepas ketengangan akibat belajar. Biasanya kedai mie udong yang kami tuju selalu ramai. Karena selain lezat harganya sangat terjangkau bagi kantong mahasiswa. Dan benar saja. sesampainya di kedai tersebut, sudah ada 10 orang yang mengantri di depan kami. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 18.30. Enaknya mengantri makanan di Jepang, waktunya bisa di prediksi. Setiap pengunjung diberikan waktu tertentu untuk menghabiskan pesanannya. Dan yang lebih mengagumkan, hampir sebagian besar masyarakat Jepang punya toleransi yang tinggi. Sehingga mereka tidak akan berlama-lama di kedai makanan apalagi jika banyak yang mengantri.

Singkat cerita kami pun akhirnya mendapatkan tempat duduk dan langsung memesan udong yang terkenal lezatnya. Tenyata yang menjadi salah seorang waiternya adalah kenalanku yang berasal dari negeri tirai bamboo. Tampak ia bekerja dengan sungguh-sungguh. Karena kulihat keringat yang bercucuran di wajahnya yang imut. Wajar saja, keringatnya bercucuran karena ia harus mengambil mangkok berisi mie dengan kuahnya yang sangat panas dari atas meja di dekat kompor yang apinya yang menjilat-jilat pantat panci. Setelah itu ia harus segera membawa mangkok-mangkok super panas ke meja pelanggan. Sungguh seorang pekerja keras. Apalagi temanku itu kuliah di kedokteran yang bagi orang lokal saja sangat susah dan ketat secara waktu, apalagi bagi orang asing seperti kami.

“Tao san, kamu kerja di sini?”. “Ya, begitulah. Saya memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membiayai kuliah dan kehidupan. Makanya saya ambil part time job mulai jam 18 malam. Sebentar saya siapkan pesananmu, ya”.ujar Tao san sambil membereskan meja kami dan segera berlalu menuju dapur.

Tak berapa lama, pesanan kamipun datang. Melihat mangkoknya yang besar pastilah berat dan panas. Pantas saja Tao san, sampai keringatan saat membawanya. “Silahkan”, ujarnya sambil menyongsongkan mangkok- mangkok itu ke hadapan aku dan Jun.

Sebelum pergi, Tao san mengambil catatan pesanan dari saku depannya dan memastikan pesanan yang tertulis.”Ok, pesananmu 2 mangkok udong Ebi furai ya “, ujarnya sambil mengangkat tangan dan menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.

Sialnya saat Tao san mengangkat tangannya, kulihat ada hitam-hitam berbulu tersumbul keluar dari lubang lengan baju kerjanya yang kebetulan ukurannya lebih besar dari tubuh kecilnya. Waduuuuh.. seketika itu juga, hilang selera makanku…bayangan warna hitam di sela lengan Tao san terbayang-bayang terus di mataku.

Utie, kenapa kau tak makan, udong kau? Tadi kau nak sangat makan kat sini. Nah sekarang malah kau macam tak selera pun?” tanya Jun keheranan.

Memanglah tadi aku nak sangat makan kat sini, tapi tetiba hilang seleraku Jun. kau habiskanlah udong kau, lalu kita cepat balek”. sahutku.

Sial gara-gara si hitam keriting itu hilanglah ¥1500 ku dengan sia-sia.. Tak sanggupku untuk memakan mie udong itu, walaupun aromanya begitu menggoda hidung ini..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post