Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Asal Kau Tenang....
Freepik

Asal Kau Tenang....

Pagi ini, karena paksu tidak bisa antar saya ke Bandung untuk study group Waldorf, terpaksa, aku naik travel . Penumpangnya tidak penuh hanya 8 orang. 4 diantaranya, merupakan satu keluarga, yang terdiri dari 2 anak dan ayah ibunya. Si anak sulung (sepengamatanku ), badan besar dan lumayan berisi, sedangkan adiknya, semenjak naik dari titik kumpul terus saja di gendong oleh bundanya. Bila melihat badan si sulung, kemungkinan besar ia telah berusia 5-6 tahun. Namun, tak kala ia berteriak, kegirangan melihat game di HPnya, saya ragu dengan penilaian saya. Ternyata suaranya mirip anak batita (bawah tiga tahun ). Suaranya imut, terbata-bata dan setengah merengek. *Ayah, aku mau maen game berantem-beranteman, ayo dong aku mau liat sekarang,* rengeknya sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Setelah, si sulung asyik dengan hpnya, si adik terbangun dari tidurnya. Ternyata si adik sudah bukan bayi lagi. Umurnya sekitar 2-3 tahun. Tapi diperlakukan seperti bayi berusia di bawah 1 tahunan. Setelah lelah bermain game, si sulung mulai berulah lagi. "Bunda, aku mau nonon Netfl**x sambil tiduran. Ayo dong kapan sampainya, aku dah capek". Ujarnya sambil mengoyang-goyangkan bahu ibunya. Aku terus melihat kejadian itu dari kursi belakang. Rengekan si sulung, masih terus saja, hingga ayahnya berusaha membujuknya. "Iya, nanti sebentar lagi kita sampai, di kamar bagus ya, nanti kamu bisa nonton Netfl**x, sambil tiduran. Sabar ya*. Tampaknya si sulung setuju dengan perkataan ayahnya dan kembali tenang. Namun sesaat kemudian, "Ayah, aku mau minum Bobba sama makan kondog (Corndog). Aku dah lapar nih", rengeknya lagi. Terdengar rayuan sang ayah, yang menjanjikan sesuatu, agar anaknya bersabar untuk menahan laparnya.

Menyaksikan perilaku si sulung, yang begitu "modern", membuatku berpikir, bagaimana nasib anak-anak minlenial ini di masa mendatang. Masih banyak aktivitas lain yang seharusnya bisa mereka lakukan selain, main game sambil jerit-jerit kegirangan melihat dua tokoh beradu otot. Menonton dari channel tertentu sambil goleran(rebahan) dan minum minuman dengan pemanis buatan, yang sebenarnya belum cocok mereka konsumsi. Aku yakin, ini bukan sepenuhnya kemauan si sulung. Kebiasaan akan pola hidup itu, sesungguhnya adalah intervensi dai orang dewasa yang berada di sekitar si sulung. Memang anak akan cepat bosan akan suatu hal. Terlebih jika sedang dalam perjalanan. Alih-alih memberikan game yang penuh dengan adengan kekerasan, mengapa tidak diberikan kegiatan lain, seperti menggambar, mewarnai, melipat kertas origami, atau kegiatan lainnya yang bisa dimainkan oleh anak usia dini, diperjalanan. Daripada memberikan minuman berperisa , kan lebih enak bila diberikan juice buah, yang dikemas menarik sehingga anak mau menikmatinya.

Tetapi, aku juga tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang tua si sulung. Pastinya mereka sangat mencintai anak-anaknya. Terbukti kedua anaknya tumbuh sehat dan badannya gemuk-gemuk. Tetapi, kejadian di bis travel tadi pagi, cukup memberikan pelajaran untukku, bahwa memelihara anak, bukan pekerjaan yang mudah, namun juga tidak sulit. Kita, orang dewasa, perlu lebih bijak dalam memberikan asupan, baik berupa asupan mulut maupun asupan kasih sayang. Tetapi, yang mesti disadari, rasa sayang kita jangan sampai malah menjadi bumerang bagi anak, di kemudian hari

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post