Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bayang Hitam Itu ...

Sejak tahun kedua, aku pindah kuliah ke universitas lain di sekitaran kota Tokyo. Selain jurusan yang memang hanya ada di universitas tersebut, besaran biaya hidup juga menjadi pertimbangan utama. Biaya hidup di Tokyo sangat tinggi. Terutama untuk sewa apartement dan transportasi. Universitas Tsukuba pilihanku, memang tidak terletak di kota besar. Namun merupakan kota pelajar yang sangat aman tentram dan yang terpenting tidak begitu jauh dari Tokyo dan airport Narita. Untuk mencapai Tokyo, hanya butuh waktu 1 jam 35 menit dengan bus express, dan 2 jam 15 menit dengan kereta listrik biasa.

Pagi itu pukul 6 pagi, aku sudah siap menunggu bus di halte depan kampus. Dari stasiun, aku akan melanjutkan perjalanan dengan bus pertama, tujuan stasiun Tokyo. Rencananya, aku akan menghabiskan 1 hari full di Tokyo untuk menghadiri reuni sekolah bahasa. Terbayang senangnya hati akan bertemu dengan teman-teman seasrama. Selama 1 tahun, menghabiskan waktu bersama teman-teman dari hampir seluruh dunia. Alhamdulillah, acara berjalan sukses, hingga tanpa terasa hari sudah menjelang senja dan aku harus segera pergi ke stasiun Tokyo mengejar bis yang akan membawaku ke kota Tsukuba.

Benar saja, sesampainya di sana, ternyata antrian yang akan menaiki bus Tsukuba Express, sudah mengular panjang sekali. Tampaknya aku harus menunggu bus berikutnya alias bus terakhir, pukul 18.30. Waduh gawat, bisa-bisa tidak dapat bis lokal menuju apartement. Ternyata jalan tol agak macet sehingga aku sampai di stasiun Tsukuba pukul 21.00. Artinya bus yang melewati apartementku sudah tidak ada lagi. Dan sebagai gantinya, aku harus menumpang bus lain dan turun di halte yang lumayan jauh dari tempatku tinggal. Saat aku tiba dimana harus turun, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Berat rasanya kaki ini melangkah turun dari bus. Tetapi apa boleh buat, segera kutarik napas kuat-kuat membuang rasa takut.

Tingkat kejahatan rampok, jambret, begal, bahkan pemerkosaan di Jepang dan khususnya di kotaku memang sangat rendah, bahkan boleh dibilang tidak ada. Namun, kejahatan lain seperti chikan (pelecehan seksual, dengan meraba-raba tubuh wanita), stalking (penguntitan) atau exhibitionism (kelainan seksual dimana seseorang mencapai kepuasan dengan memamerkan area genitalnya ), sering terjadi. Para pelaku pastinya, tidak akan melukai korbannya, melainkan hanya membuatnya tidak nyaman atas kelakukannya. Mengingat hal itu, badanku langsung merinding. Karena kebetulan sudah malam, jalan besar yang kulewatipun sudah sangat sepi, mobil yang lewat hanya satu atau dua saja. Terlebih Restaurant dan bar yang ada di kiri jalan sudah tutup. ditambah lagi, peringatan tentang * Awas Chikan* ada dimana-mana. Artinya di daerah itu sering terjadi chikan, dan itu membuatku bergidik ngeri.

Di tengah kegelapan, aku berjalan cepat bahkan cenderung berlari. Tepat dipertengahan jalan, kulihat ada bayangan orang, yang dari dari kejauhan tampaknya berjalan kearah yang berlawanan denganku. Artinya, besar kemungkinan aku akan berpapasan dengan bayangan orang tersebut. Aku bukan takut dengan mahkuk astral, karena yakin bayangan itu pastinya the real manusia. Namun apakah, bayangan itu akan menyerangku atau tidak, itu yang sangat menguatirkanku.

Sambil mengatur strategi, akupun mengatur kecepatan agar saat berpapasan dengan bayangan itu, aku berada di area yang cukup terang dan di tikungan, karena di sana ada beberapa rumah penduduk. Sambil mengucap bismillah, aku berlari sekencang-kencangnya dan hanya memandang lurus ke depan, menghindari bertemu pandang dengan bayangan itu. Bahkan tanpa kusadari, aku menyeberang jalan besar tanpa menunggu lampu merah dan menenggok kiri kanan. Yang ada di pikiranku hanya secepatnya sampai di apartement.

Karena kencangnya aku berlari, sampai-sampai anjing peliharaan tetangga dekat apartementku mengonggong sangat keras. Mungkin mengira ada pencuri yang berusaha melarikan diri. Ketika sampai di pagar apartement, aku agak membungkukan diri, untuk melihat apakah bayangan orang tadi mengikutiku atau tidak. Sebab sebelum berpapasan dengannya, aku sempat melihat gelagat tak baik dari bayangan tadi. Ia berhenti bergerak, seperti menunggu aku lewat. Setelah memastikan tak ada orang yang lewat di sekitar area apatement, langsung aku masuk dan segera kuintip dari jendela sambil memantau daerah sekitar.

Pengalaman barusan, langsung membuatku kapok pulang malam dan berjalan sendirian di gelapan malam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post