Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Disiplin dari KRL
Republika

Belajar Disiplin dari KRL

Pagi ini, saya berangkat ke tempat kerja, menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik). Karena hari ini adalah hari kerja, maka kereta cukup padat pada jam 7 pagi. Seperti biasa, saya naik gerbang khusus wanita, agar lebih nyaman dan aman. Setelah naik dan berdiri di depan pintu kereta, saya melihat ada tumpukan tas di rak bagasi yang ada di atas tempat duduk penumpang. Rupanya, di gerbong wanita, jumlah penumpang yang membawa tas kerja cukup banyak. Dalam hati, saya menghitung jumlah tas yang menumpuk di rak tersebut,. Jika salah satu tas yang ada di bagian tengah atau bagian bawah, di ambil, pastinya tas-tas yang ada di atasnya akan jatuh. Kenapa, orang-orang tidak bisa meletakkan tas miliknya dalam posisi berdiri atau vertical. Padahal, jika di taruh berdiri, pastinya rak bagasi akan dapat menampung jumlah tas lebih banyak. Selain itu saat peletakkan dan pengambilannya pun akan lebih mudah. Dan yang pasti tidak akan menyebabkan kejatuhan.

Namun, bisa jadi, orang–orang yang menaruh tas di rak tersebut, berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk meletakkannya dalam posisi berdiri. Jangkauan tangannya tidak dapat menjangkau rak bagasi secara baik, sehingga asal taruh saja. Atau bisa jadi, tasnya tidak bisa didirikan, karena terbuat dari kulit yang lemas. Akan tetapi, terlepas dari itu semua, menjejerkan tas dengan rapi, adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh penumpang kereta. Bisa dikatakan, sebagian besar penumpang adalah penumpang tetap yang naik kereta setiap hari. Sehingga, kebiasaan menaruh tas secara sembarangan menjadi kebiasaan yang mencerminkan karakter.

Hal serupa, saya temui di sekolah. Kami sudah menyediakan rak sepatu sebanyak 6 buah. Satu rak terdiri dari 4 rak dan masing-masing rak bisa memuat 6 pasang sandal. Maka, jika jumalh siswa 60 orang, maka seharusnya rak sepatu yang ada, bisa memuat sandal siswa. Namun apa yang terjadi, meskipun sudah berulang kali dicontohkan untuk meletakkan sandal secara teratur, namun, kebanyakan anak menaruh sandalnya di rak teratas. Alhasil, kondisinya sama seperti kondisi tumpukan tas di rak bagasi kRL.

Apakah kedua kondisi di atas, bisa dikatakan mewakili karakter sekumpulan masyarakatnya, atau yang lebih luas, negaranya?. Jawabannya, tergantung orang yang melihatnya. Tetapi bagi saya, sedikit banyak itulah gambaran masyarakat warga 62. Lantas, apakah bangsa kita, tidak bisa menjadi masyarakat yang rapih dan teratur? Sangat bisa, jika mau melakukannya dan berusaha untuk istiqomah (konsisten).

Karena pada dasarnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang teratur, rapih dan konsisten. Mau bukti?. Lihatlah saat azan shalat berkumandang. Sedikit-dikitnya, pasti ada beberapa orang jamaah yang shalat tepat waktu dan berjamaah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post