Pagi itu, Haikal tidak seperti biasanya. Sejak morning circle, ia lebih banyak berdiam diri. Bahkan tidak jarang malah rebahan di tenpat duduknya. Aku sempat peringatkan Haikal untuk duduk seperti teman lainnya. namun rupanya, ucapanku tidak digubrisnya. Langsung saja kuangkat tubuhnya dan coba raba keningnya. Biasa saja tidak ada gejala demam atau batuk pilek. Rupanya, tadi malam, ia tidur agak larut sehingga pagi ini, masih terasa mengantuk, terangnya saat kutanya mengapa ia terlihat letih lesu. Akhirnya, karena Haikal masih terus rebahan, akhirnya kukatakan, jika ia masih belum bisa duduk tegak, ia akan kuberikan botol dot,seperti layaknya adek bayi. Mendengar itu, Haikal langsung duduk tegak sambil diiringi derai tawa teman-temannya.

Bagi anak usia dini, disamakan dengan bayi, bisa saja memalukan, bisa saja menggembirakan. Bagi mereka, bayi adalah wakil dari perwujudan kasih sayang orang tua. Karena mereka merasa bahwa orang tua mereka, lebih sayang dengan bayi, di banding dengan anak-anak usia dini seperti mereka. Karenanya, ketika ditanya enak mana jadi bayi atau menjadi seperti sekarang ini, hampir sebagian besar siswa, mengatakan lebih senang menjadi bayi kembali. Dengan alasan karena lebih di sayang. Bagi siswa yang menjawab lebih senang menjadi seperti sekarang, karena menurutnya, mereka bebas bergerak dan bisa melakukan apapun yang diinginkannya.

Keesokkan harinya, saat morning circle, kulihat Tama, duduk di pojok UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Tak berapa lama, ia tiduran di kasur UKS. Saat kudekati dan tanyakan apakah ia sakit, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan malah mengeluarkan suara menirukan tangisan bayi. Sejenak Aku berpikir, apakah ada yang salah. Melihat aku terdiam, Tama segera bangkit dan mengatakan, bahwa ia ingin botol dot, seperti yang kujanjikan kepada Haikal kemarin. Rupanya Tama menyimak pembicaraanku dengan Haikal, dan ia berpikiran jika ia rebahan saat morning circle maka ia akan mendapatkan botol dot.