Biasah Saja Sih, Tapi Laku Keras
Aku dan suami, sama-sama suka wisata kuliner. Kami selalu bersemangat mencoba hal-hal baru, terutama jika ada tempat makan yang menarik untuk di coba. Eiiits…. Jangan salah sangka, kami lebih tertarik mencoba makanan kaki lima, di banding restaurant mewah. Bukan soal harga yang jadi masalahnya. Tetapi sering kali makan di restaurant besar, yang ada hanya kekecewaan. Sudahlah harganya relatif lebih mahal. Plus rasa yang tidak sesuai ekspektasi. Jadi rugi dua kali, begitu biasanya penyesalan paksu. Sedangkan makan di warung atau kaki lima, biasanya rasa yang diberikan lebih nikmat dan original plus harganya cukup ramah di kantong. Apalagi, sejak kami membuat usaha kuliner.
Suatu hari, kami sepakat mencoba cafe yang cukup viral di daerah kami. Hampir setiap hari, jika melewati café tersebut, tempat parkirnya selalu penuh.untungnya pada hari itu, tempat parkir tidak terlalu penuh, sehingga kami bisa memarkirkan mobil di tempat yang aman. Melihat interior dalam café tersebut, cukup cozy memang. Namun saat akan memesan makanan dan minuman, cukup kaget juga kami dibuatnya. Untuk segelas hot tea (the panas) saja, dihargai Rp. 28.000. Padahal dengan jenis teh yang sama di warung saya hanya dihargai Rp. 3.000.Untuk camilan dan makanan yang ditawarkan juga *standard " café dengan rasa yang biasah saja (hasil icip-icip ). Lain hari, kami pergi ke sebuah warung makanserba ada. Tertarik mencoba, karena kepincut melihat antrian pembeli di depan warungnya. Setelah hampir 1 jam, antri. akhirnya kami berhasil mendapatkan tempat duduk plus pesanan. Selama menikmati makanan yang di pesan, tidak ada komentar apapun dari paksu. Hingga akhirnya, kami selesai makan dan keluar warung itu, paksu berkomentar, "Dah cukup sekali aja makan di situ ya" . aku hanya menganggukkan kepala tanda setuju.
Kejadian seperti di atas, bukan sekali dua kali kami alami. Seringkali menurut orang lain, makanannya enak, namun saat kami merasakannya sendiri, rasanya tidak seperti yang mereka ceritakan. Sempat kami berpikir, jangan-jangan lidah kami yang aneh, atau selera orang-orang yang sudah berubah. Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya kami menyimpulkan, bahwa jika sudah waktunya Allah SWT memberikan rahmatnya, maka siapapun tak mampu menghalangi rejeki mahlukNYA. Artinya pemberian rejeki (baca : uang) tidak terkait dengan hebat tidaknya seseorang, enak tidaknya rasa makanan yang ditawarkan, pintar tidaknya seseorang dan lainnya. Banyaknya pembeli, banyaknya keuntungan yang di terima, juga karuniaNYA. Itulah salah satu bukti bahwa Allah SWT, sang maha pengasih
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasana
alhamdulillah, terima kasih kunjungannya , bunda Risma. salam sehat selalu