Bu, Tolong Terima Anak Saya...
Kejadiannya, hari sabtu minggu lalu, saat saya selesai membagikan sertifikat tanda selesai belajar untuk kelompok B, sekolah kami. Seorang ibu muda dan anaknya, datang ke sekolah. “ Bu tolong terima anak saya. Tadi saya pergi ke SD dekat rumah, tetapi anak saya masuk daftar tunggu, karena belum punya sertifikat”.
Pendaftaran murid baru di sekolah kami sendiri, sebenarnya sudah selesai sampai tanggal 30 Juni 2022. Selain itu jumlah calon murid yang diterima juga sudah melebihi kapasitas sekolah. Mendengar anaknya sudah berusia lebih dari 6 tahun, saya menyarankan agar ibu muda tersebut langsung mendaftar ke SD terdekat dari rumahnya. Namun rupanya, si ibu tidak mau menyekolahkan anaknya ke SD di tahun ini, dengan alasan belum bisa apa-apa. Lantas sayapun berbalik mencari tahu alasan keberatannya. Menurutnya, tidak apa-apa masuk SD terlambat, asalkan dia bisa belajar di PAUD. Karena dengan bersekolah di PAUD selama 1 tahun, minimal anaknya bisa belajar mengenal huruf, angka serta bisa terasah kemampuan sensorialnya.
Saat ini, banyak orang tua yang tidak tahu kapan seharusnya anaknya masuk sekolah. Terutama untuk level PAUD. Masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya berkeliaran bebas tanpa arahan hingga mencapai usia masuk SD (7 tahun). Sehingga pada saat pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa usia masuk SD adalah 7 tahun atau berusia lebih dari 6 tahun bagi yang sudah bersekolah di PAUD dan memiliki sertifikat tanda selesai belajar, banyak oang tua yang galau tak tahu berbuat apa.. Selama ini, anggapan mereka, bersekolah di PAUD hanya membuang-buang biaya dan tidak berarti apapun. Sehingga akhirnya kasus seperti yang saya ceritakan di atas pun terjadi.
Saya sebagai kepala lembaga, sangat merasa bersalah jika anak tersebut tidak bersekolah. Usianya memang sudah melebihi usia PAUD, namun belum bisa masuk SD, karena usianya masih kurang dan tidak memiliki sertifikat selesai belajar. Ketika saya tanya, apa yang akan si anak lakukan, jika tidak masuk PAUD. Si ibu dengan santainya menjawab, “Ya, main-main aja di rumah. Habis mau sekolah dimana”. Duh, rasanya serba salah. Menyuruhnya daftar SD belum tentu di terima, di terima di PAUD, usianya sudah melewati batas. Akhirnya dengan berat hati, saya menerimanya bersekolah di PAUD dengan beberapa perjanjian.
Jika seperti itu kenyataannya, salahnya ada di mana ya?. Tetapi yang jelas, kalau salah pasti ada di penjara ya. ….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar