Calon playing victim
Anak usia dini,adalah calonnya manusia. Karenanya pendidikan anak usia dini tidak boleh main-main. Tapi yang terjadi di tengah masyarakat negara ini justru sebaliknya. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di anggap sebagai sekolah main-main, hanya untuk menghabiskan waktu senggang anak saja. Alhasil, banyak oang tua yang asal-asalan ketika menyekolahkan anaknya di PAUD (TK, RA, KB dan sejenisnya)
Ada banyak hal yang menjadi pondasi kehidupan, yang mereka harus pelajari di masa perkembangannya, sebagai bekal kehidupan mereka selanjutnya. Sayangnya banyak orang tua yang belum siap untuk membimbing anak-anaknya dalam fase ini. Bisa jadi karena pola pikir mereka yang menganggap anak usia dini (AUD) belum paham apa-apa. Mereka hanya perlu belajar baca tulis, berhitung, menggambar mengenal warna dan bentuk. Padahal di balik itu, AUD perlu mengembangankan diri dalam banyak hal, terutama pengembangan karakter diri, seperti kemandirian, cinta kasih, toleransi, kreativitas, sopan santun, menjaga kebersihan dan keselamatan diri dan masih banyak lagi. Jika masa emas pertumbuhan mereka lewat tanpa adanya arahan yang sepatutnya dari orang dewasa. Besar kemungkinan pondasi mereka tidak terbentuk dengan sempurna.
Seperti yang terjadi dalam beberapa bulan di sekolah kami. Hampir setiap hari aku mengamati tingkah laku anak-anak. Terkadang mereka sangat lucu, menggemaskan, mengagumkan, namun tak jarang pula gurunya harus belajar menahan kesabaran. Dari semua kejadian yang paling kucermati adalah perilaku anak-anak terhadap temannya. “Bu, aku tadi pukul sama Azfar”, lapor Qalesya.
“Coba panggil Azfar ke sini, ya. Kita bicarakan ya”. Qalesyapun berlari kecil mencari Azfar. “Azfar, tadi katanya kam memukul Qalesya, benar begitu?”.
“Iya, habisnya Qalesya yang duluan pukul aku pakai jilbabnya”, ujar Azfar membela diri. “Qalesya, benar begitu?”.
“Kapan aku nggak pernah pukul kamu”, balas Qalesya tak mau kalah.
“Kamu kan pernah tumpahin minum aku,,ngaku aja”.
“Tapi itu kan sudah lama, lagian kamu sendiri yang taruhnya sembarangan”.
Ya, Allah jadi tertawa aku mendengarnya. Kedua anak ini sedang tampaknya sedang bermain playing victim. Mereka berdua saling menimpakan kesalahan pada orang lain.
Sama halnya dengan kejadian beberapa waktu yang lalu, dimana akau menemukan kotak krayon kosong. Padahal krayon tersebut merupakan krayon baru. “Ayo tadi siapa yang memakai krayon ini. kok sekarang hanya tinggal kotaknya saja?”, tanyaku pada beberapa anak yang sedang asyik menggambar.
”Itu tadi Haikal yang mengambil dari rak bu. Terus sama dia di potong-potong”, jelas Fathan.
“Bukan aku bu yang ambil. Tadi aku lihat Fathan yang ambil terus dikeluarkan semuanya”, balas Haikal tak mau kalah.
“Tadi Tama, juga keluarin krayonnya bu, bukan aku aja. Aku cuma pakai warna coklat aja kok”, ungkap Fathan sambil terus mencoba bermain playing victim.
Masih banyak kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa AUD seperti Qalesya, Azfar, Fathan memang membutuhkan ruang untuk mengembangkan dirinya. Salah satunya dengan “latihan” playing victim tadi.
Sekilas perselisihan mereka, mungkin hanya perselisihan kecil belaka yang sering terjadi antar anak-anak. Dan semua manusia yang pernah menjadi anak pasti pernah mengalaminya. Akan tetapi jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya mereka semua sedang mencoba bermain playing victim. Di sinilah peran orang dewasa untuk menduduk permasalahn yang sebenarnya. Artinya AUD perlu diberikan bimbingan agar mereka belajar mencerna akar permasalahan yang terjadi dan akibat yang ditimbulkannya. Selain AUD juga perlu dibimbing dan di latih agar mereka dapat secara gentleman (legowo) mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi dari perbuatannya.
Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, jika ketika mereka dewasa nanti terus melakukan playing victim. Bisa kacau dunia persilatan jika semua orang melakukan playing victim..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar