Cuma Demi Cari Nama.
Saat sedang mencari ide tulisan, tanpa sadar saya melihat channel “The Police” dari Trans7. Di acara itu sedang menayangkan geng motor yang melukai setiap orang yang ditemui di jalanan kota Bandar Lampung. Dari hasil investigasi 2 anggota genk motor yang tertangkap, diketahui ada sekitar 20 orang pemuda tanggung yang bergerak di jalanan kota Bandar Lampung dan menyerang secara random. Para korban, ada yang terkena sabetan pedang, terjatuh dari motor karena di tendang saat berkendara, atau di lempari dengan botol dan terluka, hanya bisa duduk lemas di pinggir jalan sampai patroli polisi menemukannya.
Dari tayangan itu diketahui bahwa mereka awalnya iseng berkeliling, namun karena ingin nama geng motornya lebih dikenal, maka direncanakanlah sebuah aksi penyerangan kepada siapa saja yang ditemuinya di jalan. Dengan menyerang secara random dan mendadak, mereka merasa seperti jagoan yang tak terkalahkan. Padahal para penyerang tersebut sebagian besar masih bersekolah di SMP dan SMA. Masa di mana, seseorang sedang senang-senangnya mencari jati diri dengan berkarya dan berkarya.
Pola mereka, menyerang secara random hanya untuk mendapatkan nama atau terkenal di kalangan warga, sungguh pemikiran yang sangat pendek dan naif. Jika saya tak salah, pola seperti ini, biasa dilakukan oleh kelompok perompak internasional atau gerakan separatis. Jika kedua kelompok tersebut biasa bergerak di level negara dan menimbulkan banyak korban. Maka, gerombolan geng motor muda ini, levelnya masih tingkat kecamatan. Namun demikian, ini sangat tidak boleh dibiarkan. Sekecil apapun yang namanya kejahatan tetap harus ditindak. Apalagi tindakan mereka sudah mengarah pada pengerusakan dan pengeroyokan. Jika dibiarkan akan berakibat fatal, apalagi sudah menimbulkan korban luka-luka. Saya tidak berani berpikir jauh, apa jadinya negara kita ini, jika anggota geng motor tersebut dibiarkan terus seperti itu, sampai mereka dewasa.
Lantas, mengapa mereka yang masih berstatus pelajar, sampai hati menyakiti orang yang tidak bersalah?. Padahal di sekolah tentunya para guru tak kurang memberikan pendidikan tentang budi pekerti, sopan santun dan norma-norma agama. Orang tuanya juga tak jemu-jemunya menasehati mereka untuk selalu berbuat baik dengan sesamanya. Lalu , mengapa masih ada celah, yang menyebabkan mereka berani melanggar hokum, hanya demi mencari ketenaran?.
Pastinya ada sesuatu yang kurang. Ya salah satunya mereka tidak punya role model yang baik, yang bisa mereka tiru. Kalaupun ada sosok yang menjadi role model mereka, pastinya role model itu adalah sosok yang salah. Para pelajar itu hanya dijejali secara sepihak orang orang-orang dewasa di sekitarnya, tanpa pernah dipastikan pemahamannya. Usia SMP dan SMA, memang masanya pencarian diri. Masa penuh kegalauan. Apa saja ingin di coba dan merasa tertantang untuk melakukan segalanya apalagi yang mencerminkan ekseistensi dirinya.
Oleh karenanya tak heran jika pembimbingannya salah arah, maka yang terjadi adalah seperti kejadian malam itu.
Lalu siapa yang patut dipersalahkan, dalam hal ini?. Pertama tentu saja si pelaku, tetapi masalah utamanya ada pada orang dewasa yang ada dilingkaran terdekatnya, kemudian di lingkaran yang lebih besar yaitu masyarakat bahkan pemerintah. Terkait hal tersebut, apa yang seyogyanya dilakukan?, pertama berikan ruang yang cukup pada para pelajar untuk untuk mengekspresikan diri mereka secara positif lengkap dengan aturan yang jelas dan lugas. Dan jadilah role model yang baik, yang bisa “mengajak” mereka secara sukarela dari hati untuk berbuat kebajikan. Karena sejatinya mereka adalah titipan sang pencpta untuk kebajikan dunia ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar