“Mbak Utie, aku takut deh. Masa Shimada san terus ngeiiatin aku”, ujar Nia sambil merapatkan tubuhnya ke kursiku. “Lho memangnya ada apa?. kan dia bos kamu?”. “Itulah mbak, dari kemarin dia ngajak makan terus. Kan jadi takut aku”. Itulah sekelumit percakapan Nia denganku. Nia adalah seorang operator produksi, yang sekarang dipindahtugaskan menjadi salah satu administrasi department Engnnering. Kebetulan Shimada san menjadi GM Engineering. Dari gerak-geriknya, bisa jadi di bos suka dengan Nia, yang imut dan menggemaskan. Sedangkan si bos, setahuku sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Tapi itu bukan urusan penting buatku, sehingga percakapan dengan Nia kuanggap sebagai intermezzo saja.

Hingga suatu hari, kudengar rumor, jika si bos punya pacar baru. Berita itu juga tak mampu membangkitkan kekepoanku. Hanya masuk telingga kanan dan keluar telingga kiri. Sampai akhirnya aku bertemu kembali dengan Nia. Menurut Nia, setelah ia mengikuti perkataanku, untuk bicara terus terang kepada bosnya, jika ia belum berminat menjalin hubungan dengan siapapun. Dan tampaknya si bos bisa menerimanya. Sejak itu, Niapun terbebas dari jeratan cinta si bos.

Dari Nia juga, kuketahui bosnya menebar benih cintanya pada yang lain. Kelihatannya panah cinta si bos tertangkap oleh sesama operator, masih teman Nia juga. Disinilah baru timbul kekepoanku. Sambil berjalan dan berlaga sedang mengecek stock barang di line, Nia menunjukkan gadis yang menangkap panah cinta si bos. “itu yang paling kiri , mbak”. Seorang gadis manis bertubuh kurus, dengan jerawat yang lumayan banyak di wajahnya. Kekepoanku cukup sampai di situ saja. Sekedar ingin tahu seperti apa tipe bosnya Nia, yang sering menjadi partner argumentasiku.

Hari demi hari berlalu, dan rumor tentang pacar si bos semakin santer terdengar. Berbagai rumor berkembang. Ada yang mengatakan bahwa si gadis selalu standby di apartement si bos, sudah di belikan mobil, bahkan sudah dikuliahkan. Ketika rumor sudah semakin tak terkendali, barulah kubertindak. Karena salah satu tugas bagian HRD (Human Resource Dept) adalah menjaga kestabilan kondisi lingkungan kerja. Maka ketika ada kesempatan berbicara dengan si bos, segera kutanyakan kebenaran rumor tersebut. Untungnya si bos tidak marah, malahan hanya tersenyum tanpa menjawab apapun. Yo wislah, yang penting aku sudah konfirmasi dengan yang bersangkutan, pikirku saat itu.

Sampai akhirnya ketika aku dan beberapa teman kantor, tengah jalan santai di sebuah Mall sepulang kerja, tiba-tiba ada yang menyapa kami. “Kak Eris, lagi ngapain di sini”, sapa seorang gadis cantik yang tengah berpapasan dengan kami di lorong mall tersebut. “Eh Nani, dari mana. Kok ada di sini juga”. “Aku mau kuliah, mbak. Kebetulan kampusku dekat sini”. ujarnya sambil tersenyum. Tak lama kamipun berpisah. Karena memang tak banyak yang kami perbincangkan. Lagi pula yang mengenal gadis itu hanya Eris seorang saja. “Mbak tahu gak itu siapa?”, tanya Eris padaku. “Wah gak ingat, Ris”. “Itu si Nani, pacarnya Shimada san. Yang dulu operator produksi, ingatkan”. Ujar Eris mengingatkanku. “Ah, masa sih, itu Nani. Kok beda banget sama yang pernah Nia tunjukin”. “ Ya , pasti aja. Itu kan beberapa bulan yang lalu. Sekarang dia dah kinclong, lihat aja muka mulus banget kan, lalat aja bisa kepeleset “. Benar juga perkataan Eris. Wajah Nani yang dulunya berjerawat di tambah lagi ada banyak bekas jerawat lama, membuatnya agak kusam. Kini seolah hilang di telan skin care.