Dunia Tipu-Tipu
Sudah hampir sebulan, interaksiku dengan social media dan televisi jauh berkurang. Bisa jadi karena disibukkan dengan pembelajaran yang penuh dengan kehalusan budi pekerti, kelembutan jiwa dan mengagungkan keindahan alam raya. Yang kesemuanya menjadikan diri ini lebih welas asih dan merasakan kedamaian hidup. Hampir dua minggu menikmati keindahan nyanyian alam, dengan segala kesyukuran atas segala karuniaNYA. Menjadikan hati ini selalu dalam kondisi dreamy dengan rasa nyaman, tentram dan tentu saja bahagia. Namun, ketika pembelajaran harus berakhir, dan kembali ke kehidupan nyata yang penuh dengan intrik dan kekerasan hati. maka yang tampak.seperti memasuki dunia yang berbeda.
Saat kembali mencermati berita-berita yang viral di social media maupun televise, entah mengapa hati ini merasa sangat sedih. Beberapa orang saling berlomba menjelek-jelekkan orang lain, beberapa lainnya ingin terlihat lebih terhormat dari lainnya dan banyak lagi bentuk kekerasan yang bertaburan di social media dan televisi. Maksud hati ingin mendapatkan hiburan dari social media & televise, tapi apa daya, yang terpampang hanyalah kegalauan manusia modern yang membuat miris hati. Memang benar ungkapan yang mengatakan, jika kita bergaul dengan tukang minyak wangi , maka kitapun akan ikut wangi, jika bergaul dengan tukang sampah, maka kitapun besar kemungkinan akan tercium seperti bau sampah. Itu yang saya alami. Setelah seminggu “terpaksa " melihat kegalauan hati manusia, hati ini pun ikutan galau dan sakit hati.
Tapi itulah gambaran kehidupan manusia modern. Lantas apakah kita tidak bisa mengelak dari kehidupan yang penuh intrik tipu-tipu?. Tentu saja bisa, dengan satu syarat, kembali ke fitrah manusia. Hanya dengan mengakui bahwa kebenaran ada di dalam hati setiap manusia, walaupun hanya di dalam bagian terkecil, di hati nurani saja, in syaallah kita bisa merasakan indahnya dunia ini. Karena, pada sadarnya, setiap manusia dapat membedakan mana yang benar dan yang kurang benar. Hanya saja, terkadang manusia dipengaruhi oleh ego diri, ketakutan akan sesuatu yang belum nyata, rasa serakah dan rasa sakit hati, sehingga kebenaran akan fitrah manusianya tertutupi. Alhasil yang timbul di permukaan seperti yang kita saksikan sekarang-sekarang ini. So, bukan dunianya yang makin aneh, tetapi manusianyalah yang sudah lupa akan hakekatnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar